Categories
Domestic S&T News

Pembangunan Indonesia Harus Libatkan Partisipasi Masyarakat

Penggagas dan Ketua Umum Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo, menegaskan bahwa pembangunan Indonesia harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pemerintah, menurutnya, perlu membuka ruang keterlibatan publik dalam menentukan arah pembangunan, mengingat Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dan multikultural.

Pernyataan tersebut disampaikan Pontjo dalam diskusi bertema “Peran Iptek dan Inovasi bagi Pembangunan Bangsa” yang diselenggarakan oleh Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS) pada Rabu, 4 Juni 2025.

 

Pmembangun Indonesia harus melibatkan partisipasi masyarakat.
Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo (tengah) sebagai narasumber dalam diskusi bertema “Peran Iptek dan Inovasi bagi Pembangunan Bangsa” yang diselenggarakan oleh Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS) pada Rabu, 4 Juni 2025.. (Dok CTIS)

“Budaya dan kondisi alam Indonesia yang majemuk memerlukan satu faktor pemersatu, yaitu Pancasila. Pendekatan budaya dalam membangun peradaban bangsa harus dimulai dari pembangunan jiwa dan raga manusia Indonesia,” ujar Pontjo.

Ia mengutip istilah dari mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latif, yakni ranah mental-kultural atau tata nilai. Ranah ini secara simultan membangun sistem tata kelola negara (ranah institusional-politikal) serta sistem perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat (ranah tata-sejahtera atau material-teknologikal).

Menurut Pontjo, paradigma Pancasila menjadi fondasi dalam membangun ketiga ranah tersebut. Karena itu, keterlibatan masyarakat dalam proses perumusan kebijakan publik sangat penting.

Ia mencontohkan program unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yaitu Makan Bergizi Gratis (MBG), yang seharusnya melibatkan masyarakat secara lebih aktif.

“MBG dirancang untuk mencegah stunting. Namun jika masyarakat dilibatkan, misalnya dengan menyertakan pangan lokal, maka program ini bisa mendorong ketahanan pangan daerah dan ekonomi lokal,” katanya.

pembangunan Indonesia harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat
Anak-anak sekolah menyantap menu makan siang program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Pontjo menambahkan, setiap daerah memiliki pangan lokal unggulan yang dapat dikembangkan dengan dukungan teknologi agar menjadi produk yang menarik, terutama bagi anak-anak.

Ia juga menyoroti pentingnya diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada beras. Merujuk pada krisis beras di Jepang akibat gagal panen, Pontjo menilai pendekatan Jepang yang tidak membuka keran impor sebagai bentuk penghargaan terhadap petani lokal.

“Ini bentuk partisipasi masyarakat. Pemerintah Jepang membiarkan harga naik sebagai bentuk penghormatan terhadap petani yang gagal panen. Dengan begitu, kerja sama antara pemerintah dan petani untuk mencegah kegagalan panen bisa terus ditingkatkan,” jelasnya.

Di sektor pendidikan, Pontjo mengkritik rencana pendirian sekolah unggulan baru seperti Sekolah Nusantara dan Sekolah Rakyat. Menurutnya, pemerintah seharusnya memaksimalkan peran sekolah-sekolah yang sudah ada, termasuk sekolah swasta.

“Biaya untuk meningkatkan kualitas sekolah swasta agar setara dengan standar nasional jauh lebih efisien dibandingkan membangun sekolah baru,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti eksklusivitas BUMN yang dianggap menutup ruang partisipasi bagi sektor swasta. “Pemerintah cenderung melihat badan usaha swasta sebagai pesaing, bukan mitra. Ini perlu diubah,” tegasnya.

Pontjo menilai, tata kelola partisipatif di sektor pendidikan maupun BUMN bisa meniru model sistem pertahanan semesta yang diterapkan TNI. Dalam sistem tersebut, Panglima TNI berperan sebagai penentu ancaman dan strategi militer, sementara pelaksanaannya diserahkan kepada Kepala Staf Angkatan yang mengelola sumber daya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa sistem perekonomian Indonesia harus berbasis pada pengetahuan. “Sains adalah proses memperoleh pengetahuan melalui observasi dan eksperimen, sedangkan teknologi merupakan penerapannya dalam kehidupan manusia,” jelas Pontjo.

pembangunan Indonesia harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat
PT INKA memproduksi gerbong kereta KRL dengan muatan TKDN . (Dok PT INKA)

 

Namun, ia menilai kebijakan ekonomi pemerintah belum sepenuhnya mendukung perkembangan industri dalam negeri. Ia mengkritik strategi substitusi impor yang tidak selalu relevan.

“Tidak semua barang impor harus diproduksi dalam negeri. TKDN untuk substitusi impor tidak otomatis mendorong kemajuan industri nasional,” kata Pontjo.

Menutup diskusi, Pontjo mengajak CTIS dan Aliansi Kebangsaan bersama komunitas cendekiawan serta profesional Indonesia untuk merumuskan strategi pembangunan industri berbasis pengetahuan dengan paradigma Pancasila.

“Hasil pemikiran ini nantinya akan disampaikan kepada pemerintah sebagai kontribusi intelektual,” pungkasnya. ***

Categories
Domestic S&T News

Pembangunan Infrastruktur Jalan di Indonesia Mahal dan Tidak Efisien

Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan serius. Salah satu sorotan utama adalah tingginya biaya penyelenggaraan jalan yang dinilai lebih mahal dibandingkan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Malaysia.

Ketua V Bidang Perkerasan Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI), Ir. Purnomo, menyatakan bahwa perbaikan jalan di Indonesia dilakukan terlalu sering akibat kualitas infrastruktur yang rendah.

Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan serius.
Narasumber diskusi CTIS Ketua V Bidang Perkerasan Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI), Ir. Purnomo (jaket biru). (Dok CTIS)

“Biaya penyelenggaraan jalan di Indonesia mahal karena jalan cepat rusak. Sementara di negara lain bisa bertahan hingga 25–30 tahun, di sini setiap 4–5 tahun harus diperbaiki,” ungkap Purnomo dalam diskusi CTIS bertema “Tantangan Penyelenggaraan Infrastruktur Jalan di Indonesia”, Rabu (28/5).

Purnomo mencontohkan Tol Jagorawi yang diresmikan pada 1978 sebagai tol terbaik karena tidak pernah mengalami kerusakan signifikan. Ia menilai tol-tol baru yang dibangun dalam 10 tahun terakhir belum mampu menandingi kualitasnya.

Menurutnya, agar anggaran tidak terbuang percuma, perlu ada solusi konkret mulai dari peningkatan mutu konstruksi, perbaikan sistem drainase, hingga penanganan masalah truk ODOL (Over Dimension Over Load).

Selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo, anggaran jalan nasional mencapai Rp57 triliun, dengan 50% dialokasikan untuk pemeliharaan. Namun, pada 2025 anggaran tersebut turun drastis menjadi Rp28 triliun. “Anggaran terbesar justru habis untuk pemeliharaan karena jalan terus-menerus rusak,” ujar Purnomo.

Salah satu indikator kerusakan jalan adalah nilai International Roughness Index (IRI). Di Indonesia, nilai IRI pada banyak jalan tol mencapai angka 8 m/km, jauh di atas batas maksimal 4 m/km sesuai standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan Dirjen Bina Marga.

“Analisis saya terhadap kondisi jalan periode 2015–2024 menunjukkan kerusakan dini. Dalam lima tahun seharusnya nilai IRI masih 3, tapi kenyataannya sudah 8. Ini menunjukkan mutu pekerjaan belum optimal,” tegasnya.

 Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan serius
Longsor di Tol Cikopo-Palimanan (Cipali). (Dok Kementerian PUPR)

Ia memperkirakan, jika mutu pembangunan jalan ditingkatkan, penghematan anggaran bisa mencapai Rp5 triliun hingga Rp10 triliun per tahun. Dari simulasi IRI 5,05 m/km, uang publik yang ‘menguap’ setiap tahun diperkirakan mencapai Rp2.467,97 triliun. Jika diturunkan ke IRI 3,79 m/km, kerugian bisa ditekan menjadi Rp2.149,61 triliun.

Selain kualitas konstruksi, masalah ODOL menjadi faktor lain yang mempercepat kerusakan jalan. Kementerian PUPR mencatat kerugian akibat ODOL mencapai Rp43 triliun per tahun. Meski Road Map Zero ODOL sudah dirancang sejak 2020 dan dijadwalkan berlaku 2023, implementasinya terus mundur hingga kini.

“Sudah 50 tahun masalah ODOL tidak terselesaikan. Saya dengar Menko Infrastruktur AHY menargetkan penyelesaian pada 2026. Kita tunggu komitmen itu,” ujarnya.

Ia juga menyayangkan maraknya praktik ‘damai’ di lapangan. “Banyak truk tetap beroperasi dalam kondisi ODOL karena membayar koordinator jalan sebesar Rp1,5 juta per bulan,” katanya.

Dampaknya, biaya logistik di Indonesia terus melonjak, bahkan tertinggi di Asia yakni 23,5% dari PDB. Pemerintah berambisi menurunkannya menjadi 14,1%, namun angka ini hanya mencerminkan biaya logistik domestik. Biaya logistik ekspor sendiri mencapai 8,98% dari PDB.

“Jadi, tantangan kita masih besar untuk benar-benar menurunkan beban logistik secara menyeluruh,” tutup Purnomo.

Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia hingga kini terus menuai masalah yang nampaknya tidak pernah terselesaikan.
Diskusi CTIS bertema “Tantangan Penyelenggaraan Infrastruktur Jalan di Indonesia”, Rabu (28/5) dengan narasumber Ketua V Bidang Perkerasan Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI), Ir. Purnomo (jaket biru). (Dok CTIS)

 

Solusi ODOL

Masalah ODOL ini menurut Purnomo konsepnya sederhana yaitu dengan menambah atau memperkuat sumbu. Contohnya dari dua sumbu menjadi tiga atau empat dan lima sumbu.

Dengan lebih banyak sumbu, beban muatan dapat tersebar lebih merata di seluruh kendaraan, Juga mengurangi tekanan pada setiap sumbu dan meminimalkan risiko kelebihan muatan.

Penggunaan truk dengan banyak sumbu dapat meningkatkan efisiensi transportasi, mengurangi biaya per ton dan mengurangi jumlah perjalanan yang dibutuhkan.

Bila cara itu masih kurang ampuh karena perusahaan masih bertahan dengan truk dua sumbu arau tiga sumbu, maka bisa menggunakan Weight In Motion (WIM) System.

Sistem ini sudah dilaksanakan diThailand sejak 2015, China pada 2018 dan Malaysia sejak 2020. Negara-negara tersebut menggunakan  Weight In Motion (WIM) System. Bukan lagi menggunakan jembatan timbang atau cegatan di jalan oleh polisi.

WIM System adalah sistem mengukur berat kendaraan saat sedang bergerak. Sistem ini umumnya dipasang di jalan raya, pelabuhan, dan area lain.

WIM menggunakan sensor khusus yang ditempatkan di permukaan jalan untuk mengukur beban roda kendaraan.

Petugas cukup memantau semua kendaraan yang melintas di area dipasangi WIM System ini di ruang kendali, Kemudian mereka akan mencatat siapa saja truk yang melanggar. Sistem ini mirip dengan tilang elektronik.

 Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan serius.
proyek Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS), termasuk Ruas Rengat-Pekanbaru seksi Lingkar Pekanbaru sepanjang 30,57 km. (dok HK)

Perataan, Pengerasan dan Pemadatan Tanah

Dalam menangani kerusakan jalan maka harus diperhatikan adalah perataan tanah.

Mengapa perataan tanah penting karena untuk menciptakan permukaan yang rata sesuai dengan desain, menghilangkan tonjolan, cekungan yang bisa membahayakan keselamatan pengguna jalan.

Tingkat kerataan jalan mengacu pada IRI merupakan faktor penting untuk memastikan kualitas konstruksi jalan yang sesuai dan untuk kenyamanan pengemudi.

Prosesnya melibatkan pengukuran dan penentuan perbesaan ketinggian antara ttik-titik permukaan tanah. Data elevasi yang akurat sangat penting untuk konstruksi jalan, sistem drainase dan proyek infrastruktur lainnya.

Sistem perataan tanah harus memiliki persyaratan teknis jalan seperti memiliki kekuatan sesuai dengan umur rencana, mudah pemeliharaannya dan dilengkapi sistem drainase.

Selain perataan juga pemadatan tanah untuk memastikan kekuatan dan stabilitas tanah dasar (subgrade) sebelun konstruksi jalan.

Nilai CBR tanah dasar harus sesuai dengan standar perkerasan jalan dengan lalu lintas terntentu.

jalan.Perkerasan yang baik  dan fleksibel menurut Purnomo, didesain dengan umur rencana 20 tahun dan perkerasan rigid didesain dengan umur rencana 40 tahun.

Peralatan yang digunakan adalah alat leveling rod, total station atau theodolite untuk pengukuran perbedaan ketinggian. Bahkan di AS peralatan yang digunakan masih menggunakan alat-alat lama. ***

Categories
Domestic S&T News

Inovasi Lab Portabel Jawab Tantangan Penguatan Sains di Sekolah

Penguatan sains bagi anak-anak sekolah di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Tingginya angka anak putus sekolah di jenjang SD, SMP, dan SMK menjadi salah satu penyebab utamanya. Selain itu, pelajaran matematika dan sains kerap dianggap menakutkan dan tidak menarik oleh banyak siswa.

“Ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan: bagaimana membuat anak mencintai pelajaran matematika dan sains,” ujar Feddy Djunaedi, Tim Pengembangan Produk Lab Cerdas Teknologi PT Nasio Karya Pratama, dalam diskusi CTIS yang digelar pada Rabu, 21 Mei 2025.

Diskusi yang rutin digelar setiap hari Rabu ini dimoderatori oleh Ketua CTIS, Wendy Aritenang, mengangkat tema “Peningkatan Kompetensi Sains dengan Kit Praktikum Portabel.”

Tantangan Besar: Anak Putus Sekolah dan Mutu Pendidikan

 

Inovasi Lab Portabel untuk anak-anak agar mencintai sains
Feddy Djunaedi, Tim Pengembangan Produk Lab Cerdas Teknologi PT Nasio Karya Pratama menunjukkan inovasi Lab Cerdas Teknologi.

Feddy menyampaikan bahwa visi pembangunan nasional melalui Asta Cita menekankan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan. Namun, upaya ini masih terkendala tingginya angka putus sekolah.

Menurut data Kemendikbudristek tahun 2024, terdapat sekitar 4,6 juta anak putus sekolah di Indonesia. Penyebab utama adalah faktor ekonomi, sosial, serta terbatasnya akses terhadap pendidikan berkualitas.

“Untuk mendukung Indonesia Emas 2045, mutu pendidikan harus diperkuat, terutama dalam bidang sains dan matematika,” tambahnya.

Indonesia juga turut serta dalam survei internasional PISA (Programme for International Student Assessment) yang diselenggarakan oleh OECD setiap tiga tahun. Hasil PISA 2022 menunjukkan rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalam literasi membaca, matematika, dan sains—banyak siswa tidak mampu membaca soal dengan baik, mengidentifikasi masalah, atau menarik kesimpulan.

Praktikum: Solusi dari Pembelajaran Teoritis yang Kaku

Feddy menilai, ada masalah mendasar dalam sistem pendidikan Indonesia. “Guru tidak menghadirkan metode belajar yang menyenangkan dan membangun ketertarikan siswa terhadap matematika dan sains. Mereka hanya menyalin metode lama tanpa inovasi,” kritiknya.

Pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah dan hafalan, tanpa ruang praktik. Padahal, menurutnya, pembelajaran sains dan matematika akan jauh lebih efektif jika dikombinasikan dengan kegiatan praktikum yang aplikatif.

Sebagai solusi, PT Nasio Karya Pratama menghadirkan Lab Cerdas Teknologi—inovasi laboratorium portabel yang ekonomis dan mudah dibawa, berbentuk koper berisi kit praktikum.

“Selama ini, sekolah-sekolah tidak memiliki fasilitas praktikum karena keterbatasan ruang dan peralatan laboratorium. Kit ini bisa digunakan oleh 5–6 siswa, sehingga memudahkan akses ke praktikum di berbagai kondisi sekolah,” jelas Feddy.

Dengan pendekatan ini, siswa dapat belajar membaca masalah, mengidentifikasi solusi, dan menarik kesimpulan secara langsung—sebuah keterampilan penting dalam pembelajaran sains dan matematika.

Lengkap dan Terjangkau, Didampingi Ahli

Lab Cerdas Teknologi terdiri dari 18 jenis kit praktikum, diperuntukkan bagi siswa SMP hingga SMA kelas 10–12. Kit kimia, misalnya, telah dilengkapi dengan bahan-bahan kimia dalam jumlah terukur, serta disertai pendamping lab untuk panduan praktikum.

“Guru biasanya hanya hafal teori, tetapi tidak paham penerapannya. Ironisnya, mereka tiba-tiba meminta siswa mengikuti tes praktikum, padahal belum pernah melakukan praktikum sebelumnya. Akhirnya, banyak orang tua mendaftarkan anaknya ke les praktikum,” ungkapnya.

Inovasi Lab Portabel menjadi solusi anak sekolah mencintai sains
Diskusi CTIS yang digelar pada Rabu, 21 Mei 2025 mengangkat tema “Peningkatan Kompetensi Sains dengan Kit Praktikum Portabel.”

Produk ini merupakan buatan dalam negeri, menggunakan bahan lokal dan telah tersertifikasi oleh Universitas Negeri Jakarta serta Standar Nasional Indonesia (SNI).

Feddy menegaskan bahwa PT Nasio Karya Pratama tidak hanya menjual produk, tetapi juga layanan edukasi, termasuk pendampingan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pendampingan ini penting karena banyak guru tidak memahami cara mengoperasikan alat bantu pendidikan yang diberikan, bahkan dari bantuan luar negeri.

Dukungan dari Dewan Pakar

Dewan Pakar CTIS, Indroyono Soesilo, turut memberikan dukungan terhadap upaya peningkatan literasi sains dan matematika melalui inovasi seperti Lab Cerdas Teknologi.

“Anak-anak harus diajak menyukai matematika dan sains, serta mampu memecahkan masalah, bukan sekadar menghafal teori,” pungkasnya. ***

Categories
Domestic S&T News

Gemini Asisten AI Ubah Cara UMKM Bekerja

Kemajuan di bidang Artificial intelligence telah dimanfaatkan banyak perusahan teknologi informasi digital sebagai penyedia data dan informasi yang lebih lengkap karena me-remake apa yang dipikirkan oleh manusia.

Seperti perusahaan Google yang dikenal sebagai perusahaan mesin pencari data, kini mengembangkan Google Gemini.

Diskusi yang digelar oleh CTIS pada Rabu (14/5) mengangkat tema Aplikasi AI untuk Pemberdayaan UMKM Masyarakat di Indonesia dengan nara sumber Sugianto Yoannatan W selaku Education Lead Google Cloud Indonesia dan moderator Dr Ir Jarot S Suroso, MEng.IPU yang juga pengurus CTIS dan Sekjen IATI.

 perusahaan Google yang dikenal sebagai perusahaan mesin pencari data, kini mengembangkan Gemini untuk Google Workspace.
Diskusi CTIS dengan tema Aplikasi AI untuk Pemberdayaan UMKM Masyarakat di Indonesia

Sugianto Yoannatan W menjelaskan bahwa Google menghadirkan Gemini untuk Google Workspace, sebuah inovasi asisten bertenaga kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk merevolusi cara pengguna bekerja sehari-hari.

Terintegrasi dengan aplikasi Google Workspace yang familiar seperti Gmail, Google Docs, Google Sheets, Google Slides, dan Google Meet, Gemini hadir sebagai mitra cerdas yang siap membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Sugi memaparkan beberapa keuntungan spesifik Gemini bagi UMKM, yaitu peningkatan. produktivitas dan efisiensi operasional.

UMKM saat mempromosikan produk melalui website, Gemini akan membantu banyak hal.

Mulai dari menyusun email promosi, membantu menjawab pertanyaan pelanggan, dan membuat pengumuman dengan profesional.

 Google yang dikenal sebagai perusahaan mesin pencari data, kini mengembangkan Gemini untuk Google Workspace.
logo Gemini

 

Membuat konten pemasaran yang lebih mudah. Gemini membantu menghasilkan ide konten, draft postingan di media sosial, deskripsi produk hingga presentasi penjualan yang menarik.

Gemini juga membantu menganalisis data sederhana untu penjualan dan pelanggan di Google Sheets. Hal ini memudahkan pengusaha UMKM untuk mengidentifikasi tren di pasar.

AI buatan Google ini membuat ringkasan informasi penting dengan cepat. Pemilik UMKM mudah memahami poin-poin utama dari email, dokumen, dan transkrip rapat tanpa membuang banyak waktu.

Adanya Gemini,  secara tidak langsung membebaskan waktu pemilik UMKM untuk fokus pada strategi dan pengembangan bisnis.

Tidak kalah menariknya adalah Gemini membantu membangun komunikasi antara pengusaha UMKM dengan konsumen.

Kecerdasan buatan ini membantu merespons pertanyaan dan permintaan pelanggan lebih cepat, personal dan profesional.

Google yang dikenal sebagai perusahaan mesin pencari data, kini mengembangkan Gemini untuk Google Workspace.
Diskusi CTIS dengan tema Aplikasi AI untuk Pemberdayaan UMKM Masyarakat di Indonesia menghadirkan narasumber Sugianto Yoannatan W selaku Education Lead Google Cloud Indonesia (duduk nomor 3 dari kanan)

Bahkan sebagai asisten, Gemini bisa membuat materi promosi lebih menarik dengan ide-ide kreatif dituangkan untuk brosur, postingan di media sosial dan presentasi.

Di tengah maraknya konten-konten promosi produk, Gemini menyumbang ide konten pemasaran yang segar yang menjangkau pasar. Bahkan membantu menuliskan deskripsi produk lebih informatif untuk toko online atau katalog.

“Dan kami menggunakan data-data dari Google untuk membantu semua pengguna Gemini,” ujarnya.

Dengan kata lain hadirnya AI Gemini ini lebih efisien dalam pengoperasian sebuah UMKM.

Sugi mengingatkan bahwa Gemini adalah alat bantu, dan hasil yang dihasilkan tetap memerlukan peninjauan dan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan bisnis.

“Secara keseluruhan, Gemini untuk Google Workspace memiliki potensi besar untuk menjadi aset berharga bagi UMKM,” kata Sugi.

Dengan kemampuannya memberdayakan pengguna dengan bantuan AI di berbagai aspek pekerjaan, Gemini diharapkan dapat membantu UMKM bekerja lebih cerdas, meningkatkan efisiensi, dan membuka jalan menuju pertumbuhan lebih signifikan tanpa memerlukan investasi besar. ***

Categories
Domestic S&T News Uncategorized

 Menata Ulang Pendidikan: Anggaran Membengkak, Hasil Merosot

 Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, membubarkan Kementerian Pendidikan sebagai bagian dari Project 2025 yang diprakarsai oleh  Kelompok Konservatif  (Partai Republik). Langkah ini diambil sebagai respons atas menurunnya kualitas pendidikan di AS, meskipun anggaran terus meningkat.

Berdasarkan Project 2025, perhatian diarahkan pada rendahnya “education outcome” warga Amerika, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan membaca. Di tengah derasnya regulasi dan besarnya anggaran, hasil yang dicapai justru melemah. Hal ini mendorong Trump memindahkan urusan pendidikan ke level negara bagian, membubarkan kementerian di tingkat federal.

Mengacu pada pemikiran Milton Friedman (1985), pendidikan idealnya berada di bawah keputusan keluarga, bukan negara. Pemerintah cukup menyediakan pembiayaan, sementara masyarakat menentukan pilihan pendidikan anak.

Saatnya merefleksi ulang arah pendidikan Indonesia. Anggaran besar harus berdampak nyata pada kualitas pendidikan, bukan sekadar terserap oleh birokrasi.
Penerimaan siswa baru di Indonesia yang menggunakan sistem zonasi.

Kondisi di Indonesia menunjukkan pola serupa. Meski 20% APBN dialokasikan untuk sektor pendidikan, kualitas lulusan belum menunjukkan peningkatan signifikan yang antara lain ditunjukkan oleh hasil tes PISA yang mengalami stagnasi sejak tahun 2000. Sistem zonasi, kebijakan yang berubah seiring pergantian menteri, serta birokrasi yang membebani guru dan dosen memperburuk situasi.

Data menunjukkan bahwa 85% kualitas pendidikan ditentukan oleh guru yang kompeten dan murid yang sehat dan cerdas , sementara hanya 15% oleh infrastruktur. Namun, anggaran lebih banyak terserap oleh birokrasi. Guru dan dosen terpaksa menghabiskan waktu menyusun laporan administratif dibanding fokus pada proses belajar-mengajar.

Rekomendasi Reformasi Pendidikan:

  1. Fokus Anggaran pada Guru dan Murid
    • Alokasikan anggaran untuk diprioritaskan meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi guru serta untuk perbaikan gizi/kesehatan serta kecerdasan siswa.
    • pendidikan karateristik sesuai wilayah dan masyarakatnya
  2. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Guru
    • Kenaikan gaji dan tunjangan di daerah terpencil.
    • Pengurangan beban administratif melalui digitalisasi dan dukungan staf.
    • Jam kerja tepat waktu dan tidak boleh lembur, serta ambil cuti untuk menjaga kesehatan mental.
    • Pelatihan berkelanjutan dan mentoring.
    • Dukungan psikologis dan lingkungan kerja sehat.
    • Sistem penghargaan dan retensi guru.
    • Keterlibatan guru dalam kebijakan pendidikan.
  3. Meningkatkan Keterlibatan dan Kenyamanan Siswa
    • Lingkungan sekolah aman dan anti-bullying.
    • Pembelajaran aktif dan kontekstual sekaligus mengasah kemampuan murid dalam membaca, mendengar, menulis dan berbicara. 
    • Ruang untuk kreativitas dan eksplorasi.
    • Dukungan emosional dari guru dan orang tua.
    • Apresiasi atas usaha, bukan sekadar hasil.
    • Penguatan interaksi sosial dan kegiatan kelompok.
    • Orang tua mendukung tanpa tekanan berlebihan.

Saatnya merefleksi ulang arah pendidikan Indonesia. Anggaran besar harus berdampak nyata pada kualitas pendidikan, bukan sekadar terserap oleh birokrasi. ***

Saatnya merefleksi ulang arah pendidikan Indonesia. Anggaran besar harus berdampak nyata pada kualitas pendidikan, bukan sekadar terserap oleh birokrasi.
Penulis opini dari kiri-kanan, Soekotjo Soeparto, Bambang Goeritno, Chairil Abdini, Wawan Bayu PS, dan Wendy Aritenang.

Tulisan ini dirangkum dari hasil diskusi mini Rabu 7 Mei 2025 menjadi tulisan opini oleh anggota CTIS ; Wendy Aritenang, Bambang Goeritno, Chairil Abdini, Soekotjo Soeparto dan Wawan Bayu PS 

 

Categories
Domestic S&T News

59 Iptek Pilihan untuk Indonesia  Emas

Inilah daftar 59 Iptek Pilihan untuk Indonesia  Emas yang sudah disusun oleh para pakar di bidang masing-masing tergabung dalam Center of Technology and Innovation Studies.

Categories
Domestic S&T News

Skema Iron Man untuk Perkuat Industri Startup di Indonesia

Startup menjadi kekuatan ekonomi dan membuka banyak lapangan kerja. Hal ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju dengan menyokong startup baik dari segi pendanaan riset dan pasar market yang jelas.

Indonesia sebagai negara yang terus berkembang di dunia startup bisa melakukannya dengan skema-skema pendanaan, dukungan riset dan berorientasi di sektor global.

Startup dalam kontek bisnis adalah perusahaan rintisan yang baru beroperasi dan fokus pada pengembangan produk atau layanan baru yang inovatif.

Startup umumnya memiliki usia bisnis kurang dari 3 tahun dan berakar pada inovasi untuk menciptakan atau meningkatkan produk yang ada di pasar.

Dan startup di industri militer merupakan salah satu yang potensial dikembangkan.

Siapa yang bisa menghidupkan startup-startup ini? Dunia membutuhkan sosok Tony Stark sosok dalam komik Marvel Iron Man. Tapi apa korelasi antara Iron Man dengan industri startup?

CTIS mengangkat tema Association the Iron Man Model: How Startups and The Military Can Work Together dalam diskusi publik Rabu, 30 Aprl 2025 dengan narasumber utama

Alexander Ludi Sekjen Indonesia Robotics dan moderator Dr Ir Jarot S Suroso M.Eng.IPU. ASEAN Eng.

Startup menjadi kekuatan ekonomi dan membuka banyak lapangan kerja. Hal ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju dengan menyokong startup baik dari segi pendanaan riset dan pasar market yang jelas.
CTIS mengangkat tema Association the Iron Man Model: How Startups and The Military Can Work Together dalam diskusi publik Rabu, 30 Aprl 2025 dengan narasumber utama
Alexander Ludi Sekjen Indonesia Robotics (no 4 dari kiri berbaju hitam) dan moderator Dr Ir Jarot S Suroso M.Eng.IPU. ASEAN Eng. (no lima dari kiri)

Alexander Ludi menjelaskan bahwa saat ini ekosistem Artificilal intelligence (AI) berkembang luar biasa dan ditangkap oleh startup sebagai bisnis awal yang menjanjikan.

Ekosistem AI ini masuk ke ranah manapun hingga ke militer dan berorientasi ke bisnis global.

Dari AI ini kemudian merambah ke berbagai inovasi-inovasi baru mulai dari drone, aplikasi, robot pengganti tentara, dan lainnya.

Untuk menciptakan ekosistem startup agar terus hidup dibutuhkan model Iron Man. “ Di Amerika Serikat, teknologi dikembangkan para startup ini tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga kemampuan menguasai pasar global. Kemampuan deep dive ini mereka kuasai. Mereka benar-benar nyemplung di dalam,” kata Alexander Ludi.

Kemampuan-kemampuan ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Lahirlah sosok-sosok Tony Stark yang kaya raya berawal dari startup.

Tony Stark dalam film Iron Man, adalah seorang industrialis, petualang, filantropis, penemu dan ilmuwan. Ia tak segan-segan menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk mendukung inovasi dan riset.

Berbeda dengan di Indonesia, dari 50 ribu startup yang ada, hanya 350 startup mendapat pendanaan dari pemerintah. Namun hanya tiga startup yang jadi dan berkembang.

“Indonesia itu banyak Tony Stark tetapi mereka tidak punya uang. Kenapa startup banyak yang gagal karena di Indonesia penguasaan sampai ke dalam belum dikuasai,” jelasnya.

SDM Indonesia menguasai teknologi tetapi belum menguasai bagaimana harus mengembangkan teknologi itu agar terus berlanjut dan menguasai pasar global.

Hal itu menurut Alexander Ludi harus menjadi perhatian agar startup Indonesia bisa berkembang luas dan menguasai pasar global.

Selain itu, startup militer saat ini sangat menjanjikan. Alexander memberi contoh bahwa AS awalnya hanya memikirkan musuh utamanya adalah Rusia. Negara tersebut lupa bahwa musuh-musuh lainnya yang disebut non nation seperti Al Qaeda, Houthi dan lainnya telah menghancurkan keamanan negara super power itu.

Dari situlah AS mulai menaruh perhatian dukungan startup militer yang kemudian menghasilkan teknologi distruktif  dari segala matra untuk melawan teroris.

Mulai hadirnya drone dengan segala kecanggihannya, munculnya ekosistem AI hingga melahirkan ide-ide tentara robot untuk mengurangi jumlah tentara AS yang tewas atau cacat di medan perang.

 

Startup menjadi kekuatan ekonomi dan membuka banyak lapangan kerja. Hal ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju dengan menyokong startup baik dari segi pendanaan riset dan pasar market yang jelas.
Leonardo salah satu perusahaan startup yang kemudian berkembang menjadi perusahaan yang mengembangkan teknologi militer dengan model skema Iron Man.(dok Leonardo)

Di Indonesia pun potensi itu bisa dikembangkan sejak seorang calon pengusaha itu duduk di bangku kuliah.

Titik tertinggi bagi seorang calon enterpreneur adalah saat ia bisa bertemu dengan para investor, supervisi dan ahli marketing untuk mengungkapkan gagasan, ide dan bagaimana ide-ide itu terus bisa dikembangkan seterusnya.

“Model Iron Man ini harus diperkuat. Indonesia dengan kekuatan 70 juta warga milenial, harus didukung dengan hadirnya ekosistem yang mendukung mereka menjadi enterpreneur dengan memperbanyak inkubator, akselerator dan ruang untuk mereka bergerak.’

Ia menambahkan bahwa birokrasi dengan startup di Indonesia tidak inline karena birokrasi masih ketinggalan dan kuno.

Akhirnya yang terjadi di birokrasi lahir asosiasi-asosiasi yang diibaratkan sebagai negara baru tetapi tidak saling terkoneksi.

Menurutnya proses inovasi dan trasnformasi kolaborasi riset dan inovasi dalam penyelenggaraan di industri harus terjadi dan berkolaborasi.

Di Indonesia hal ini belum bisa. Banyak asosiasi di birokrasi tetapi belum diimplementasikan.  “Akhirnya banyak asosiasi menjelma sebagai negara baru,” kritiknya.

Namun belakangan ini ada beberapa founder startup memasuki dunia birokrasi dan mengubah konsep di birokrasi yang masih kuno dengan cara mereka berbisnis selama ini. Hal ini menjadi langkah positif agar bisa mengubah aturan birokrasi yang lambat.

Alexander memberi contoh bagaimana sebuah usaha rintisan drone cargo yang dibuat bekerja sama dengan LAPAN dengan anggaran Rp600 miliar selama lima tahun. Skema ini mirip model Iron Man.

Bahkan fasilitas milik LAPAN di Rumpin digunakan untuk pengembangan drone cargo 120 kg itu sebab Garuda Indonesia siap membeli produk tersebut.

Sebelumnya Garuda Indonesia pernah akan membeli drone cargo dari China namun terhalang regulasi karena drone masuk dalam ranah militer.

Dengan hadirnya startup yang didukung LAPAN ini, Garuda siap membeli produk dalam negeri tersebut.

“Namun kemudian yang terjadi saat tahun kelima Kemenristek dibubarkan dan menjadi BRIN. Termasuk LAPAN juga dibubarkan. Akhirnya proyek rintisan model Iron Man ini tidak lanjut berproduksi,” ungkapnya.

Sementara Jepang saat ini mulai membangun role model Iron Man untuk bidang pertahanan. Amerika Serikat sebagai pelopor, Kementerian Pertahanan telah mengucurkan US$4 miliar untuk mendanai 7 ribu startup kecil di bidang militer.

Dan di Eropa, empat negara Uni Eropa membangun kerjasama di bidang industri militer yang berdampak membuka lapangan kerja dan pendapatan.

Startup menjadi kekuatan ekonomi dan membuka banyak lapangan kerja. Hal ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju dengan menyokong startup baik dari segi pendanaan riset dan pasar market yang jelas.
Pesawat NC-212 adalah pesawat penumpang sipil dan militer diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia di bawah lisensi CASA.(dok PT DI)

Di Indonesia, PT Dirgantara Indonesia telah menyediakan inkubator bisnis untuk industri penerbangan.

Model Iron Man ini bisa diterapkan di Indonesia dengan membangun kerjasama antarprovinsi.

Alexander mencontohkan empat provinsi dengan Pendapatan Asli Daerah (APD) yang tinggi bekerja sama membangun industri drone. Pabriknya bisa dibangun diantara 4 daerah itu.

Kemudian SDM bisa digabungkan dari empat daerah dan pendanaan riset dari empat daerah tersebut.

Sebab dengan mengandalkan pemerintah daerah akan lebih solid karena teknologi yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan daerah. ***

Categories
Domestic S&T News

Mencerdaskan Masyarakat Perdesaan Dengan Teknologi AI

Perkembangan teknologi digital semakin canggih dan bisa dimaksimalkan untuk bisa membantu masyarakat kelas bawah di Indonesia.

Dalam diskusi CTIS, Rabu (23/4) mengangkat tema Utilizing CTIS Open Knowledge Repository (CTIS-OKR) for low income communities in Indonesia dengan menghadirkan Brigjen Pur Dr Paulus Prananto Msc, Advisory Board Member Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Paulus Prananto memaparkan bahwa rendahnya minat baca masyarakat di perpustakaan maupun di ruang-ruang baca  bisa diantisipasi dengan teknologi digital.

Perkembangan AI di era digital sangat memungkinkan masyarakat kelas manapun bisa belajar ilmu pengetahuan.

Dalam diskusi itu Paulus Prananto memperkenalkan teknologi kecerdasan buatan (AI) yaitu pertama Perplexity AI dan AI Chat.

 

Perkembangan teknologi digital semakin canggih dan bisa dimaksimalkan untuk bisa membantu masyarakat kelas bawah di Indonesia.
Brigjen Pur Dr Paulus Prananto Msc, Advisory Board Member Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (berbaju putih) saat memaparkan tentang Utilizing CTIS Open Knowledge Repository (CTIS-OKR) for low income communities in Indonesia

Kedua adalah Open Knowledge Map, ketiga Google NotebookLM,  dan keempat Open Knowledge map.

Empat perangkat lunak ini ia gunakan untuk mencari, meringkas dan memberikan masukan tentang laporan hasil riset dan penelitoian yang kemudian dikembangkan dalam satu knowledge base.

“Kegiatan ini sudah saya tekuni sejak 2010 sampai sekarang dan telah menghasilkan sekitar 500 ribu e-book,” kata Paulus Prananto.

E-book yang dihasilkan sangat dipahami oleh publik mulai dari pertanian, kesehatan wirausaha, pendidikan dan lainnya.

Prananto mengatakan bahwa di era digital yang penuh dengan miliaran data  tersebar di seluruh dunia bisa dimanfaatkan dengan Perplexity AI.

Perplexity AI adalah platform kecerdasan buatan yang dirancang untuk memberikan hasil pencarian yang efisien dan mendalam.

Platform ini dilengkapi dengan fitur interaktif yang mendukung pencarian berbasis konteks, yang sangat relevan dalam pembelajaran literatur.

Tetapi tidak hanya mencari dan merangkum, menurut Pranoto bahwa dengan penelusuran mendalam dan kritis menjadi lebih mudah.

“Karena pengguna dapat dengan cepat menemukan informasi baru berdasarkan konteks tertentu,” terangnya.

Sisi menarik dari teknologi ini saat dilakukan ujicoba pencarian dalam diskusi tersebut.

contoh pencarian dengan Perplexity AI, dan AI Chat. Open Knowledge Map, Google NotebookLM, dan Open Knowledge map.
contoh pencarian dengan Perplexity AI, dan AI Chat.
Open Knowledge Map, Google NotebookLM, dan Open Knowledge map.

Contohnya adalah dimana penghasil porang terbesar di Indonesia? Jawabnya menggunakan analisis dan pengolahan data, dan muncul Madiun sebagai daerah penghasil porang terbesar di Indonesia.

Termasuk juga nilai jual, diekspor dimana saja dan pernah terjadi anjloknya harga dan produksi porang karena tidak higenis.

Pranoto berharap dengan penelusuran mendalam dan kritis menjadi lebih mudah karena pengguna dapat dengan cepat menemukan informasi berdasarkan konteks tertentu.

“Saya berharap ada pihak bekerja sama untuk mengembangkan program ini,” harap Pranoto.

Dewan Pakar CTIS, Indroyono Susilo mendukung program ini karena akan membawa anak-anak muda melalukan proses analisis kritis terhadap daerah mereka masing-masing.

Anak muda di daerah akan melek dengan kekuatan daerahnya. “Dengan teknologi AI seperti ini, seorang anak SMK di Kroya sebagai contoh bisa mengembangkan usaha sesuai dengan potensi di daerahnya itu dan daerah mana yang berpotensi sebagai pangsa pasarnya,” pungkasnya. ***

Categories
Domestic S&T News

Iptek Dalam Islam Harus Bermanfaat untuk Umat Manusia

Prinsip Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, memperkuat keimanan dan membawa manfaat untuk umat manusia.

Hal itu disampaikan oleh Ustadz Agus Salim Dasuki dalam acara halal bihalal yang diselenggarakan oleh Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS) di Kantor CTIS Gedung ex Menko Maritim lt 20 Jakarta, Rabu 16 April 2025.

“Prinsip Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sudah jelas. Iptek untuk meningkatkan kualitas hidup, memperkuat keimanan dan membawa manfaat untuk umat manusia,” kata Ustadz Agus Salim Dasuki dalam tausiyah berjudul Prinsip Islam dalam pengembangan Iptek.

Prinsip Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup.
Ustadz Agus Salim Dasuki saat memberikan tausiyah dalam acara halal bihalal yang diselenggarakan oleh Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS) di Kantor CTIS Gedung ex Menko Maritim lt 20 Jakarta, Rabu 16 April 2025.

Ustadz Agus kemudian mengenang pertemuan dengan Presiden RI ke-3 BJ Habibie, tentang iptek dan imaq (imam dan taqwa).

Waktu itu BJ Habibie menanyakan tentang iptek di dalam Islam. Menurutnya dalam Al Qur’an dan Hadist telah dijelaskan tentang iptek dalam pandangan Islam.

Dalam Surat Al-A’raf ayat 56 menjelaskan melarang manusia untuk berbuat kerusakan di bumi setelah Allah menciptakan dan mengatur dengan baik.

Kemudian dalam Surat Al-Alaq dijelaskan bahwa umat Islam diperintahkan membaca.

Rektor Universitas Persada itu menegaskan bahwa banyak surat di Al Qur’an menegaskan bahwa pentingnya ilmu pengetahuan dan hadist nabi yang menuntut umat manusia untuk terus belajar sampai mati.

“Carilah ilmu sejak dalam buaian ibu hingga meninggal dunia,” kata ustadz.

Tidak ada batasan umur dalam belajar. Dan Islam sangat mendorong iptek sebagai ibadah karena bertujuan untuk memakmurkan rakyat.

“Dan kita sebagai orang-orang ulil albab atau orang yang berakal berpikir terhadap alam, penciptaan alam semesta dan langit bumi. Dan sekarang ini perkembangan AI (kecerdasan buatan). Semua bisa dijelaskan oleh AI. Tapi soal agama, tetap pada Al Qur’an dan hadist,” tegasnya.

Ustadz juga menyinggung tentang tujuh amalan dan pahala yang akan terus mengalir.

Sedangkan dari sisi iptek, salah satu dari tujuh amalan ini adalah menyiapkan fasilitas untuk penerangan dan air minum.

“Jadi ilmu untuk manfaat manusia dan lingkungan. Teknologi tidak bertentangan dengan nilai Islam seperti teknologi untuk pembunuhan massal. Ilmu untuk kemaslahatan umat,” pesannya.

Di akhir tausyiah ustadz berpesan bahwa hakekat orang yang dibebaskan dari siksa kubur dan masuk surga adalah orang yang memberi kepada orang yang tidak pernah memberi.

Orang yang mau memaafkan orang lain yang pernah mendholimi. “Dan orang yang menyambung silaturahim pada orang yg memutus silaturahim,” pungkasnya.

Prinsip Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup,
Dewan Pembina CTIS Indroyono Soesilo menegaskan bahwa dalam halal bihalal CTIS ini juga menjadi ajang saling tukar menukar gagasan untuk terus memajukan inovasi dan iptek di dalam negeri.

Sebelum siraman rohani, Dewan Pembina CTIS Indroyono Soesilo menegaskan bahwa dalam halal bihalal CTIS ini juga menjadi ajang saling tukar menukar gagasan untuk terus memajukan inovasi dan iptek di dalam negeri.

Menurutnya sudah 30 tahun ini iptek tidak ada kemajuan. Sejak pameran iptek pada 1993 di Kemayoran Jakarta dan tahun ini juga akan digelar pameran iptek, ada kecenderungan 30 tahun terakhir iptek mandeg.

Ia juga menyayangkan banyak ilmuwan yang bekerja di lembaga-lembaga penelitian pemerintah masih sungkan atau belum berani berbicara di CTIS tentang iptek yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.

“Kita merasakan itu. Saya ingin sampaikan bahwa ini tantangan dan harapan perkembangan iptek di Indonesia. CTIS akan menjadi wadah dan akan terus terlibat,” ujarnya.

Indroyono optimstis pada waktu dekat akan banyak kajian dan solusi dari para ilmuwan untuk masa depan iptek Indonesia.

Prinsip Islam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
Halal bihalal yang diselenggarakan oleh Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS) di Kantor CTIS Gedung ex Menko Maritim lt 20 Jakarta, Rabu 16 April 2025.

Sedangkan Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro mendukung kegiatan CTIS yang menjadi wadah tukar gagasan.

“Saya senang gembira berjuang bersama-sama selama bertahun-tahun dan masih berkumpul. Dalam ilmu kesehatan pensiun harus bayak berkumpul. Punya misi tujuan. Bagaimana kita meneruskan iptek ini ke generasi selanjutnya,” ujar Wardiman.

“Ini salah satu pertemuan mingguan CTIS. Kita bisa memberikan hasil pemikiran baik diminta atau tidak diminta kepada pihak terkait,” pungkasnya. ***

Categories
Domestic S&T News

Diskusi CTIS: Perlu Dukungan Regulasi yang Terintegrasi untuk Pengembangan PLTS di Indonesia

 Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), atau tenaga matahari, di Indonesia saat ini baru mencapai 450 MegaWatt (MW). Ini berarti kapasitas saat ini masih sangat jauh dari target PLTS pada tahun 2025 yang sekitar 6.500 MW. Kapasitas PLTS di Indonesia juga masih sangat kecil jika dibandingkan  dengan pemanfaatan PLTS di Dunia, yang sudah mencapai 509.000 MW. Untuk itu perlu diambil kebijakan terkoordinasi lintas pemangku kepentingan agar potensi PLTS di negara tropis yang kaya sinar matahari ini dapat diterapkan hingga semaksimal mungkin, termasuk dukungan industrinya.

Kebijakan yang perlu diambil mencakup penetapan target Nasional yang rasional, terarah, didukung regulasi yang konsisten sehingga investasi di bidang energi surya di tanah air menjadi layak.

 Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), atau tenaga matahari, di Indonesia saat ini baru mencapai 450 MegaWatt (MW).
Para periset di Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung mobile pertama di Indonesia. (dok BRIN)

Demikian terungkap pada Diskusi Center for Technology & Innovation Studies  (CTIS)  Tentang Sistem PLTS: Potensi, Teknologi, Pemanfaatan dan Tantangannya di Indonesia, Rabu 20 Maret 2024. Menjadi pembicara kunci pada diskusi tersebut Dr Andhika Prastawa, Perekayasa Ahli Utama BRIN, yang juga Alumnus ITB dan Universitas Indonesia. Diskusi dipandu oleh Ketua Komite Energi CTIS, Dr Unggul Priyanto, yang juga Mantan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Andhika membuka diskusi dengan menegaskan bahwa Indonesia harus terus meninggalkan ketergantungan pada energi fosil dan menerapkan energi baru dan terbarukan.  Agenda Pemerintah untuk Transisi Energi menuju Net Zero Emission 2060, mengedepankan Energi Surya sebagai prioritas.  Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 4,8 KWh/m2.  Potensi ini setara 112.000 GigaWatt, atau 112 Juta MW.   Namun demikian, penggunaan PLTS di tanah air masih kecil, baru sekitar 450 MW saja.

“Ini yang perlu dibedah agar solusi implementasi PLTS di tanah air bisa meningkat,” kata Andhika. Bila mengacu pada Peta Jalan Transisi Energi dan Strategi Menuju Net Zero Emission 2060 Sektor Energi, terlihat bahwa pada tahun 2060 kapasitas pembangkit listrik Indonesia akan mencapai 708 GigaWatt (GW), atau 708.000 MW,  dimana 421 GW diantaranya akan dipasok dari PLTS.  Mengingat kondisi geografis Nusantara, yang merupakan Negara Kepulauan,  maka perlu dibangun sistem super grid guna meratakan sebaran energi listrik ke seluruh Nusantara dengan memanfaatkan potensi energi baru dan terbarukan di tiap-tiap wilayah.

Untuk PLTS misalnya, wilayah Pulau Sumba di NTT yang kaya sinar matahari sepanjang tahun, diprakirakan mampu memasok 140 GW listrik dengan  memanfaatkan 145 ribu hektar lahan untuk memasang panel-panel surya. Listrik yang dibangkitkan dari PLTS di Sumba tadi dapat dialirkan keseluruh Indonesia melalui jaringan Super Grid.  Tahap pertama yang harus diambil agar investasi membangun PLTS menjadi layak adalah regulasi yang mendukung.  Andhika melihat bahwa regulasi tentang PLTS ini tampak masih belum terintegrasi, yang bisa menguntungkan semua pihak.

Sebagai contoh, untuk regulasi pemanfaatan listrik surya atap saja, sejak tahun 2018 hingga 2024 sudah ada tiga peraturan menteri yang berubah-ubah terus.   Belum lagi peraturan Menteri Keuangan yang tadinya mendorong pemberian insentif pada pembangunan PLTS, namun akhirnya peraturan tadi dicabut kembali karena ternyata insentif tadi dinilai menguntungkan investasi perusahaan besar saja, bukan untuk pengusaha kecil dan menengah.

Padahal, pembangunan PLTS memerlukan regulasi yang jelas dengan jangka waktu yang cukup lama agar investasi yang dibenamkan bisa menguntungkan secara ekonomis.  Di lain pihak, kemajuan teknologi membuat tenaga listrik yang dihasilkan dari PLTS semakin lama semakin murah, rata rata Dunia sekitar 4,9 Sen Dollar per KWh. Bahkan di Saudi Arabia, harga listrik PLTS hanya 1 Sen Dollar per-KWh.

Harga listrik yang dihasilkan akan semakin murah apabila PLTS yang dibangun berkapasitas besar dan ini berarti diperlukan lahan yang lebih luas.  PLTS 100 MW bisa menghasilkan listrik seharga 6 Sen Dollar per-KWh, sedang PLTS 300 MW bisa menghasilkan listrik seharga 2-3 Sen Dollar saja. Di Indonesia, sesuai Perpres 112/2022, untuk 10 tahun pertama,  harga tertinggi PLTS di atas 20 MW adalah 6,9 Sen Dollar per-KWh dan akan turun menjadi 4,7 Sen Dollar untuk tahun-tahun berikutnya.  Ini sekali lagi, perlu regulasi yang jelas dan berjangka panjang agar investasi bisa layak.  Apalagi, pihak investor harus menyediakan lahan terlebih dahulu bila akan mendapatkan ijin berinvestasi dibidang PLTS.

Perkembangan positif untuk pengembangan PLTS di Indonesia adalah adanya terobosan dalam penyediaan lahan untuk PLTS, seperti pada PLTS di Cirata, Jawa Barat yang mulai beroperasi pada November 2023 lalu.  PLTS yang dapat membangkitkan 192 MW listrik ini dibangun secara terapung di Danau Waduk Cirata dan merupakan PLTS terbesar di Asia Tenggara.  Dengan cara demikian maka permasalahan penyediaan lahan bisa terpecahkan.  Tentunya, ini bisa direplikasi di danau-danau dan waduk waduk lain diseluruh Indonesia.  Ada lima tahapan hulu-hilir dalam pembangunan industri PLTS dan biasanya pembangunan industrinya dimulai dari hilir, yaitu kemampuan membangun PLTS.  Indonesia mulai menerapkan PLTS pada tahun 1978, saat BPPT membangun Desa Surya di Sukabumi, Jawa Barat.

 Kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), atau tenaga matahari, di Indonesia saat ini baru mencapai 450 MegaWatt (MW).
DOK ESDM

Setelah kemampuan membangun PLTS dikuasai maka masuk ke tahapan industri lebih hulu, yaitu industri pembuatan modul surya dan panel surya.  Inipun telah dikuasai ahli ahli Indonesia dan pabrik pembuat panel surya telah bermunculan di tanah air. Tahapan industri yang lebih ke hulu, seperti industri pembuatan sel surya silikon kristalin, industri pembuatan ingot kristal silikon dan wafer silikon dan  Industri pemurnian silikon ternyata masih belum dikuasai Indonesia.

Padahal pasir kwarsa (SIO2) sebagai bahan baku silikon sangat berlimpah di Bumi Nusantara ini.  Itulah sebabnya, peserta diskusi sepakat bahwa pembangunan PLTS di Indonesia perlu lebih terintegrasi dan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi di dalam negeri mengingat negeri di katulistiwa ini kaya sinar matahari sepanjang tahun dan juga ketersediaan pasir kwarsa, sebagai bahan baku silikon, yang berlimpah.  Tentu upaya ini juga akan mejadi perhatian Dirjen Energi Baru & Terbarukan Kementerian ESDM yang baru dilantik, Professor Eniya Lystia Dewi, yang juga anggota CTIS. ***

Sumber: https://seputarcibubur.pikiran-rakyat.com/ekonomi-bisnis/pr-1787884230/diskusi-ctis-perlu-dukungan-regulasi-yang-terintegrasi-untuk-pengembangan-plts-di-indonesia