Industri kedirgantaraan dan antariksa dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mencetak sumber daya manusia (SDM) multitalenta.

PSN Targetkan Kemandirian Satelit Nasional, Dorong Ekonomi dan SDM Multitalenta

Industri kedirgantaraan dan antariksa dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mencetak sumber daya manusia (SDM) multitalenta.

Founder Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso menjadi salah satu contoh sukses mengelola bisnis satelit sejak 1991. Memasuki usia 34 tahun, PSN bersiap meluncurkan satelit Nusantara 5 pada September 2025 di Amerika Serikat.

Industri ini belum banyak berkembang di Indonesia, padahal potensi ekonominya sangat besar,” ujar Adi dalam diskusi bertema What Next For Indonesian Space Industry yang digelar Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS), Rabu (13/8/2025).

Industri kedirgantaraan dan antariksa dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mencetak sumber daya manusia (SDM) multitalenta.
Founder Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso (no duduk dari kiri) narasumber diskusi bertema What Next For Indonesian Space Industry yang digelar Centre for Technology and Innovation Studies (CTIS), Rabu (13/8/2025). (Dok CTIS)

Dari Palapa B1 hingga Unicorn

Perjalanan PSN dimulai saat Adi dan Iskandar Alisjahbana sebagai pendiri mengambil alih satelit Palapa B1 dari Telkom pada 1983. Berbekal modal Rp40 juta dan dukungan BJ Habibie, PSN menjadi perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia.

Di era-80 an  perusahaan satelit hanya perusahaan telekomunikasi milik pemerintah seperti Telkom dan Indosat. “Kami menghadap ke Pak Habibie agar bisa dibantu bertemu dengan Presiden. Ada campur tangan Pak Habibie karena izin satelit itu hanya bisa diberikan dari presiden,” kata Adi mengenang pertemuan dengan BJ Habibie.

Sejak itu, PSN meluncurkan berbagai satelit, termasuk Palapa C1 dan C2 (1996), Aguila (1997), Garuda 1 (2000), Nusantara 1 (2019), dan Nusantara 3 (2023) yang diklaim sebagai satelit berkapasitas terbesar di Asia dengan teknologi Spacebus Neo 150 Gbps.

Kini PSN mempekerjakan 700 karyawan, termasuk 300 teknisi dan perekayasa dari Aceh hingga Timika, dengan nilai investasi lebih dari US$1,3 miliar di Indonesia dan US$25 juta di luar negeri.

Industri kedirgantaraan dan antariksa dinilai memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mencetak sumber daya manusia (SDM) multitalenta.
Nusantara 3 (2023) yang diklaim sebagai satelit berkapasitas terbesar di Asia dengan teknologi Spacebus Neo 150 Gbps.
(Dok PSN)

Aplikasi Satelit di Luar Komunikasi

Menurut Adi, satelit tidak hanya digunakan untuk komunikasi, tetapi juga untuk pertahanan dan ketahanan pangan. PSN, misalnya, pernah membantu TNI memantau persebaran ubi jalar untuk mendeteksi aktivitas kelompok kriminal bersenjata (KKB).

Selain itu, satelit dimanfaatkan untuk memantau kesiapan panen jagung dan padi, serta pemetaan batas wilayah darat maupun laut.

Menuju Produksi Satelit 100% Lokal

Adi menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri satelit nasional. Strateginya terdiri dari tiga tahap:

  1. Alih teknologi dengan produsen internasional, dimulai dari pembuatan satu satelit secara nasional bersama BRIN.
  2. Peningkatan kapasitas manufaktur di dalam negeri, mencakup perakitan, integrasi, pengujian, dan layanan terkait.
  3. Produksi penuh seluruh satelit pengganti dan layanan oleh Indonesia.

Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan regulasi kondusif bagi ekonomi antariksa, fasilitas manufaktur memadai, sistem rantai pasok dan industri pendukung, tenaga ahli teknis, serta perluasan pasar solusi berbasis antariksa.

Ini murni bisnis swasta, tanpa mengandalkan APBN. Space economy tidak hanya soal satelit komunikasi, tapi mencakup berbagai teknologi yang dapat membantu bangsa,” pungkas Adi. ***

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter