Kategori
Berita IPTEK Dalam Negeri

CTIS Bahas Potensi PLTS Terapung, Solusi Energi Hijau di Indonesia

Indonesia telah berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS-Terapung) di Danau Waduk Cirata, Jawa Barat dengan kapasitas 192 Mega Watt (MW). PLTS-Terapung di Danau Waduk Cirata merupakan PLTS-Terapung terbesar di Asia Tenggara.   Sebagai negara tropis yang kaya energi matahari, PLTS Terapung di danau-danau, waduk-waduk dan di lepas pantai bisa memecahkan salah satu kendala  pembangunan  PLTS, yaitu ketidak-tersediaan  lahan.  Percepatan pembangunan PLTS perlu didorong mengingat saat ini Dunia semakin mengarah ke energi hijau dan mulai meninggalkan energi fosil.  Demikian disampaikan Pendiri Solar Duck-Belanda, Olaf  de Swart, pada Diskusi Center for Technology and Innovation Studies (CTIS) berjudul:” Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung Lepas Pantai”, awal April 2024 lalu.

Indonesia telah berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS-Terapung)
Para periset di Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung mobile pertama di Indonesia. (dok BRIN)

Dalam Diskusi yang dipandu Ketua Komite Energi CTIS, Dr.Unggul Priyanto, yang juga Mantan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Olaf menyampaikan bahwa setelah Indonesia berhasil membangun PLTS Terapung di Danau Waduk Cirata, maka terbuka lebar potensi pembangunan PLTS Terapung di danau dan waduk di seluruh Indonesia.  Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki garis pantai sepanjang 82 ribu kilometer, berarti pembangunan PLTS Terapung di lepas pantai Nusantara juga sangat layak dan tidak ada kendala ketersediaan lahan untuk memasang panel panel sel surya (Fotofoltaik) pembangkit listrik.   Menurut Olaf, ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk membangun PLTS Terapung, baik di danau, waduk maupun di lepas pantai. Diantaranya adalah tinggi gelombang maksimum yang tidak boleh melebihi 1 meter  pada PLTS di Danau, atau tidak boleh melebihi 2 meter di lepas pantai.  Kemudian kecepatan angin hanya boleh berkisar pada 30 meter/detik saja. Di samping itu, jarak lokasi PLTS  dengan jaringan listrik  PLN tidak boleh lebih dari 50 Km.  Untuk PLTS di lepas pantai, harus digunakan material yang anti korosi.

Menurut Olaf, agar effisien dan ekonomis, PLTS Terapung yang dibangun minimal harus membangkitkan 100 MW listrik.  Hal ini memang ini dilematis karena daerah berpenduduk padat dan perlu pasokan listrik besar biasanya tidak memiliki lahan.  Walaupun demikian, PLTS terapung tetap lebih ekonomis dibandingkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang mengkonsumsi minyak solar.  Pada tahun 2025, Indonesia mentargetkan penggunaan PLTS sebesar 6500 MW atau 6,5 Giga Watt (GW). Saat ini, PLTS di Indonesia baru bisa membangkitkan sekitar 450 MW saja.

Indonesia telah berhasil membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS-Terapung)
Optimalisasi PLTS Terapung di Permukaan Waduk. (Dok ESDM)

Sementara negara tetangga, Vietnam, sudah menggunakan PLTS sebesar 5500 MW, atau 5,5 GW.  Indonesia masih tertinggal jauh.  Oleh sebab itu, mulai dikaji pembangunan PLTS dan PLTS terapung di Jawa, di Pulau Komodo dan di Pulau Batam.  Untuk Pulau Batam, diproyeksikan pembangunan PLTS terapung sebesar 2000 MW atau 2 GW untuk memasok listrik ke Singapura.   Diharapkan pula, industri-industri smelter mineral bauksit-aluminium dan nikel bisa mengganti pembangkit listriknya dari PLTD ke PLTS.  Upaya sebuah industri kehutanan terintegrasi di Pulau Mangole, Maluku  Utara, yang memproduksi panel kayu dan pellet kayu menggunakan pembangkit PLTS perlu dicontoh dan direplikasi ke wilayah lain.

Pembangunan PLTS terapung di tanah air terus digencarkan.  Menurut Kepala Balai Besar dan Survey Tenaga Energi Listrik Baru, Terbarukan dan Konversi Energi Kementerian ESDM,  Ir. Senda Hurmuzan, saat ini tengah disiapkan pembangunan PLTS Terapung di Danau Singkarak dengan kapasitas 90 MW, lalu di waduk Saguling kapasitas 60 MW, di Lampung 100 MW, dan di Kalimantan Barat dengan kapasitas 50 MW. Senda, yang juga mantan Perekayasa BPPT itu, menerangkan bahwa danau di beberapa waduk sedang disiapkan pula sebagai lokasi pembangunan PLTS, seperti di Waduk Gajah Mungkur kapasitas 200 MW, Waduk Jatiluhur 100 MW dan Waduk Karang Kates 122 MW.  Harga listrik yang dihasilkan dari PLTS terapung  tadi ada pada kisaran 3 sen US Dollar hingga 5.6 sen US Dollar.  Berarti cukup layak dan ekonomis.

Dewan Pengawas CTIS, Profesor Indroyono Soesilo mengingatkan kiranya potensi pasar  PLTS dan PLTS terapung yang besar di Indonesia ini harus bisa membangkitkan industri PLTS di tanah air.  Industri PLTS harus tumbuh dan berkembang, tidak hanya pada penguasaan teknologi membangun PLTS dan penguasaan industri perakitan panel surya semata, namun harus bisa menguasai industri sel surya silikon kristalin,  menguasai industri pembuatan ingot kristal silikon dan wafer silikon, hingga penguasaan teknologi pemurnian silika.  Ini merupakan tantangan  bagi proses alih teknologi, peningkatan kandungan lokal,  sekaligus dapat membuka lapangan kerja yang besar di tanah air. ***

Sumber : https://seputarcibubur.pikiran-rakyat.com/ekonomi-bisnis/pr-1787960016/ctis-bahas-potensi-plts-terapung-solusi-energi-hijau-di-indonesia?page=all

Kategori
Berita IPTEK Dalam Negeri

Pembangunan Wilayah Terintegrasi Secara Bottom Up, Jawa Barat Bagian Utara dan Selatan Jadi Contoh

Menerapkan perencanaan pengembangan suatu wilayah hingga terwujud hasil pembangunan yang nyata memerlukan beberapa prasyarat, antara lain, perencanaan disusun secara “Bottom Up” sesuai kebutuhan wilayah tersebut.

Kemudian, hasil perencanaan dari daerah diusulkan ke Bappenas dan setelah  disepakati maka disusun payung kebijakannya, berupa Peraturan Presiden.

Dalam penerapannya, dilaksanakan sinkornisasi program yang melibatkan lintas kementerian, sedang mobilisasi pendanaan diintegrasikan lewat program program lintas-kementerian/lembaga, pendanaan dari daerah, serta pendanaan lewat kerjasama pemerintah dengan badan usaha dan dukungan badan badan internasional

Demikian kesimpulan Diskusi Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu 21 Februari 2024.  Diskusi dipimpin Ketua Komite Kebencanaan & Pengembangan Wilayah CTIS, Dr Idwan Soehardi, yang juga mantan Deputi Menteri Ristek.

Dalam Paparan Dr. Djoko Hartoyo, Asisten Deputi Kemenko Marinvest, berjudul ”Pengembangan Kawasan Rebana dan Jawa Barat Bagian Selatan”, diperlihatkan konsep perencanaan pembangunan yang disusun Bappeda Provinsi Jabar, kemudian secara berjenjang diusulkan ke Pemerintah Pusat.

Pengembangan Kawasan Rebana dan Jawa Barat Bagian Selatan dengan sistem bottom up

Konsep yang sudah matang tadi lalu dipaparkan oleh Menko Marvest dihadapan Presiden RI dalam Rapat Kabinet Terbatas dan setelah rancangan perencanaan pembangunan disetujui maka diterbitkan Keputusan Presiden No.87 tahun 2021 Tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Kawasan Jawa Barat Bagian Selatan.  Wilayah ini memang memiliki tingkat kemiskinan penduduk yang masih tinggi, Indeks Pembangunan Manusia nya masih rendah dan tingkat pengangguran juga tinggi.  Ini yang harus diubah.

Oleh sebab itu, Kawasan Rebana difokuskan pada pembangunan kawasan baru dengan inti Kota Cirebon, dua pusat ekonomi baru, yaitu Pelabuhan Internasional Patimban dan Bandara Internasional Kertajati, serta didukung kabupaten sekitar, yaitu Kabupaten Cirebon, Sumedang, Majalengka, Subang, Indramayu dan kabupaten Kuningan. Sedang Pengembangan Kawasan Jawa Barat Selatan mencakup Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasimalaya dan Kabupaten Pangandaran.

Dipaparkan Djoko bahwa ada 81 Proyek/Program di kawasan Rebana dengan total anggaran Rp234 triliun, sedang di Wilayah Jawa Barat Selatan terhimpun 89 Proyek/Program dengan total anggaran Rp158 trilyun.

Proyek dan Program ini lalu dimasukkan kedalam perencanaan Bappenas, sedang untuk pelaksanaannya diawasi BPKP dengan koordinasi, sinkronasi dan pengendalian kegiatan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.

Pembangunan kawasan dengan total anggaran Rp392 trilyun ini mencakup pembangunan sektor jalan dan jembatan, pembangunan sektor jalan tol, pembangunan sektor infrastruktur, seperti pembangunan pengaman pantai dan breakwater, Pembangunan Sektor Pasar dan Perguruan Tinggi, diantaranya pembangunan Politeknik di Majalengka, Pembangunan Sektor Sarana dan Prasarana Pemukiman, Pembangunan Sektor Perhubungan diantaranya reaktivasi beberapa jalur kereta api di Jawa Barat yang sudah lama tidak berfungsi, Pembangunan Kawasan Industri, serta pembangunan kawasan pertanian.

Pengembangan Kawasan Rebana dan Jawa Barat Bagian Selatan
dok Bappeda Jawa Barat

Djoko Hartoyo menyampaikan bahwa perencanaan terintegrasi dengan program tersusun rapi, di bawah payung hukum yang jelas membuat para investor luar negeri juga tertarik untuk turut berinvestasi. Misalnya, pembangunan jalan tol dari Pelabuhan Patimban ke Tol Cipali yang dibiayai oleh JICA Jepang.  Juga pembangunan Politeknik di Majalengka yang lahannya disediakan oleh Pemda, pembiayaannya didukung Kemendibudristek dan Kemen PUPR, sedang pihak swasta dari Korea Selatan tertarik untuk membiayai secara hibah pengecatan seluruh bangunan Politeknik ini dengan garansi 5 tahun.

Para peserta diskusi sepakat bahwa pola pembangunan wilayah terintegrasi seperti ini, dari perencanaan yang “Bottom Up”, dan didukung multi-pemangku kepentingan serta memiliki aspek legalitas yang kuat, sangat mungkin untuk direplikasikan di wilayah lain di Nusantara ini.***

Sumber : https://forestinsights.id/pembangunan-wilayah-terintegrasi-secara-bottom-up-jawa-barat-bagian-utara-dan-selatan-jadi-contoh/

Kategori
Berita IPTEK Dalam Negeri

Alumni BPPT Gelar Jalan Santai dan Silaturahmi, Sejumlah Mantan Menteri Hadir

Sekitar 150-an teknolog, perekayasa dan inovator ex Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar Jalan Santai dan Silaturahmi Alumni BPPT di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu 23 September 2023. Dalam acara tahunan untuk memperkuat persaudaraan pada alumni BPPT itu juga dilaporkan melaporkan progres kegiatan lembaga think-tank Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), yang diasuh para alumni BPPT dan merupakan rangkaian kegiatan Habibie Memorial Lecture 2023 yang digelar Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), CTIS dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di Perpustakaan Nasional pada Kamis 21 September 2023 lalu. Kegiatan Jalan diawali laporan oleh Ketua CTIS, Dr.Wendy Aritenang, yang mantan Sekjen Kemenhub, Laporan Progress Perkembangan CTIS oleh Dr. Idwan Soehardi yang mantan Deputi Menteri Ristek dan juga mantan anggota MPR-RI, serta wejangan dari Ketua Dewan Pengarah CTIS, Professor Wardiman Djojonegoro, yang juga mantan Mendikbud dan mantan Deputi BPPT.

Selain acara jalan santai keliling Stadion GBK, acara juga dimeriahkan Group Penyanyi LOLITA-BPPT disusul Senam Poco-Poco dan Senam Maumere oleh seluruh peserta Jalan Santai.

reuni dan jalan sehat eks pegawai BPPT
Sekitar 150-an teknolog, perekayasa dan inovator ex Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar Jalan Santai dan Silaturahmi Alumni BPPT di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu 23 September 2023.

Tampak hadir pada kegiatan olah raga ini, antara lain, Mantan Menko Kemaritiman, Indroyono Soesilo yang juga Professor Riset BPPT, Mantan Kepala BPPT yang saat ini menjabat Rektor Institut Teknologi Indonesia (ITI), Dr. Marzan Azis Iskandar, Mantan Kepala BPPT yang saat ini menjabat Komut PT. INTI, Dr. Unggul Pryanto, Ahli Gambut yang mantan Kepala Badan Standarisasi Nasional (BSN), Dr. Bambang Setiadi, Mantan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) yang juga ahli hujan buatan, Professor Asep Karsidi, Mantan Kepala LAPAN. Lalu ada Professor Harijono Djojodihardjo yang juga mantan Deputi BPPT, Mantan Deputi BPPT, Dra.Trulyanti Soetrasno MA, yang juga mantan Anggota MPR-RI, serta para teknolog ahli pesawat terbang, ahli perkapalan, ahli kereta api, ahli energi, ahli sumberdaya alam dan lain lain. BPPT berdiri melalui Keppres No.25/Th.1978, pada 21 Agustus 1978, guna menyiapkan Indonesia menuju Negara Industri pada Abad Ke-21, dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selama 20 tahun, BPPT dipimpin Profesor BJ Habibie yang kelak kemudian hari menjadi Presiden RI Ketiga. Beragam karya iptek para ahli BPPT telah disumbangkan kepada Bangsa dan Negara, antara lain pesawat N-250 Gatotkoco, Kapal Layar Modern Maruta Jaya, Kapal Angkut Caraka Jaya, Beragam Desain Jembatan Antar Pulau Batam – Rempang – Galang, desain Mass Rapid Transport Jakarta, desain Light Railway Train (LRT), pembangkit listrik energi panas bumi – Lahendong, Sulut, Survey Landas Kontinen Baruna Jaya, Operasi Hujan Buatan, Prediksi El Nino dan La Nina melalui pola Arus Lintas Indonesia (Arlindo), pembuatan prototipe Lab. Uji Virus Covid BSL Level 3 dan masih banyak lagi.

Hingga tahun 2021, sebelum melebur ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), para ahli BPPT tengah menyelesaikan rancang bangun pesawat N-219 Nurtanio, Pesawat tanpa awak Elang Hitam, Bouy Tsunami Early Warning System (INA TEWS) dan teknologi Industri garam. Selama pengabdiannya yang lebih 40 tahun, BPPT juga dikenal sebagai lembaga yang mengirimkan ribuan pemuda-pemudi Indonesia ke mancanegara untuk studi bidang iptek dan industri guna mendukung pembangunan di tanah air.

Saat ini, program pengirim putra-putri unggul Indonesia untuk studi ke luar negeri dilanjutkan oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Pada awal tahun 2023, para alumni BPPT mendirikan Center for Technology & Innovation Studies (CTIS) guna menghimpun pemikiran dan pengalaman puluhan tahun dibidang iptek dan inovasi untuk disumbangkan kepada kemaslahatan masyarakat.

Sumber: https://seputarcibubur.pikiran-rakyat.com/seputar-cibubur/pr-1787158740/alumni-bppt-gelar-jalan-santai-dan-silaturahmi-sejumlah-mantan-menteri-dan-hadir