Penulis: admin
Ahli Kebencanaan dari Center for Environmental Disaster Institute for Sustainable Earth and Resources (I-SER), Universitas Indonesia Profesor Jan Sopaheluwakan menegaskan bahwa bencana terjadi karena ulah manusia, karena faktor manusia dan karena kebijakan yang dibuat oleh manusia sendiri.
Demikian dipaparkan oleh Profesor Jan Sopaheluwakan pada pada pertemuan Center For Technology & Innovation Studies (CTIS), di Jakarta, Rabu 21 Juni 2023.
Dia menjelaskan bencana karena faktor alam itu tidak ada. Bila terjadi erupsi gunung api di wilayah tanpa penduduk bukanlah sebuah bencana, longsor di tengah hutan lebat tanpa penduduk juga bukan bencana, gempa bumi dan tsunami di pulau terpencil tanpa penduduk juga bukan bencana.
Namun bila banjir menerjang ibukota Jakarta akibat limpahan air sungai kiriman dari Bogor yang disebabkan manusia membangun vila-vila di Puncak, Bogor sehingga volume air hujan yang diserap tanah lebih kecil dibanding air yang mengalir ke sungai maka itu adalah bencana banjir, kata Profesor Jan Sopaheluwakan.
Wanita 55-an asal dengan Baby Face Pakai Ini sebelum Tidur
Cara Menghilangkan -15 Kg Lemak Perut dalam 2 Minggu
Begitu pula, kegiatan pembalakan kayu di hutan tanpa mengikuti aturan, juga eksploitasi penambangan batubara secara serampangan bisa mengakibatkan bencana tanah longsor dan banjir. Walaupun ada keuntungan ekonomi disitu.
Penegasan Profesor Jan Sopaheluwakan ditanggapi oleh Sekretaris CTIS, Dr. Andi Eka Sakya, mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang menggaris-bawahi pernyataan Utusan Khusus Sekjen PBB Mami Mizutori bahwa bencana alam itu tidak ada.
Yang ada adalah bencana yang berdampak pada manusia, pada sosial-ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu, Program PBB “Decade for Natural Disaster Risk Reduction” telah diubah menjadi “Decade for Disaster Risk Reduction”.
Profesor Jan Sopaheluwakan juga menyampaikan bahwa Bencana memang bisa membawa “Risiko” namun juga memberikan “Rezeki”. Ini seperti kutipan Alquran Surat Al Insyirah Ayat 94 (5-6) yang berbunyi “Bersama kesulitan pasti ada kemudahan”.
Dia menjelaskan Apabila semua kegiatan umat manusia selalu memperhitungkan faktor “Risiko”, maka bencana dapat dimitigasi hingga sekecil mungkin, lalu tingkat ketahanan terhadap bencana di masyarakat muncul, bahkan bisa memberikan “rezeki” kepada pelakunya.
Dicontohkan, bencana akibat jalanan macet menghasilkan jenis pekerjaan baru ojek online. Lalu ada kehadiran pandemi Covid 19 yang justru membuat berkembangnya metoda belajar dari rumah, bekerja dari rumah, serta belanja secara daring. Dan masih banyak lagi.
Dia mengingatkan setiap program pembangunan harus memasukan faktor risiko, bagaimana memitigasinya, bila terjadi bencana bagaimana operasi tanggap daruratnya dan antisipasi membangun kembali kondisi yang rusak akibat bencana dengan membangun lebih baik lagi. “Build back better & resilient development”.
Dalam diskusi tersebut juga dibahas tentang peran penting teknologi dan inovasi di sektor kebencanaan. Antara lain penerapan teknologi geospasial, sistem komunikasi darurat, Internet of Things, Big Data & Analysis serta Kecerdasan Artifisial (Artificial Intelligence-AI).
Pada pertemuan tersebut, Dewan Pengarah CTIS, Prof. Indroyono Soesilo memperagakan simulasi Chat Box AI dengan menetapkan lokasi Lintang-Bujur sebuah pusat gempa bumi dengan kekuatan 6,5 Skala Richter di wilayah Jawa Tengah.
Hanya dalam hitungan detik dapat dianalisis seberapa luas dampak bencananya, dan langkah-langkah darurat apa yang perlu diambil secara cepat oleh pihak otoritas maupun masyarakat.
Bila metoda Chatbox AI bisa menyebar ke seluruh Nusantara menggunakan sistem komunikasi darurat secara cepat maka dampak bencana dapat ditekan hingga sekecil mungkin.
Ketua Komite Kebencanaan CTIS, Dr. Idwan Soehardi, menanggapi pentingnya Teknologi AI ini didukung sistem komunikasi cepat. Oleh sebab itu CTIS segera mengundang Direktur Satelit Pasifik Nusantara, Dr. Adi Adiwoso guna membahas implementasi Satelit Jasa Internet SATRIA-1, yang sukses diluncurkan pada 18 Juni 2023 lalu, untuk penanggulangan bencana. ***
https://seputarcibubur.pikiran-rakyat.com/humaniora/pr-1786807202/faktor-manusia-jadi-penentu-bencana-alam-ctis-bahas-peran-penting-teknologi-dan-inovasi-dalam-kebencanaan.
Ahli Kebencanaan dari Center for Environmental Disaster Institute for Sustainable Earth and Resources (I-SER), Universitas Indonesia Profesor Jan Sopaheluwakan menegaskan bahwa bencana terjadi karena ulah manusia, karena faktor manusia dan karena kebijakan yang dibuat oleh manusia sendiri.
Demikian dipaparkan oleh Profesor Jan Sopaheluwakan pada pada pertemuan Center For Technology & Innovation Studies (CTIS), di Jakarta, Rabu 21 Juni 2023.
Dia menjelaskan bencana karena faktor alam itu tidak ada. Bila terjadi erupsi gunung api di wilayah tanpa penduduk bukanlah sebuah bencana, longsor di tengah hutan lebat tanpa penduduk juga bukan bencana, gempa bumi dan tsunami di pulau terpencil tanpa penduduk juga bukan bencana.
Namun bila banjir menerjang ibukota Jakarta akibat limpahan air sungai kiriman dari Bogor yang disebabkan manusia membangun vila-vila di Puncak, Bogor sehingga volume air hujan yang diserap tanah lebih kecil dibanding air yang mengalir ke sungai maka itu adalah bencana banjir, kata Profesor Jan Sopaheluwakan
Begitu pula, kegiatan pembalakan kayu di hutan tanpa mengikuti aturan, juga eksploitasi penambangan batubara secara serampangan bisa mengakibatkan bencana tanah longsor dan banjir. Walaupun ada keuntungan ekonomi disitu.
Penegasan Profesor Jan Sopaheluwakan ditanggapi oleh Sekretaris CTIS, Dr. Andi Eka Sakya, mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang menggaris-bawahi pernyataan Utusan Khusus Sekjen PBB Mami Mizutori bahwa bencana alam itu tidak ada.
Yang ada adalah bencana yang berdampak pada manusia, pada sosial-ekonomi masyarakat. Oleh sebab itu, Program PBB “Decade for Natural Disaster Risk Reduction” telah diubah menjadi “Decade for Disaster Risk Reduction”.
Profesor Jan Sopaheluwakan juga menyampaikan bahwa Bencana memang bisa membawa “Risiko” namun juga memberikan “Rezeki”. Ini seperti kutipan Alquran Surat Al Insyirah Ayat 94 (5-6) yang berbunyi “Bersama kesulitan pasti ada kemudahan”.
Dia menjelaskan Apabila semua kegiatan umat manusia selalu memperhitungkan faktor “Risiko”, maka bencana dapat dimitigasi hingga sekecil mungkin, lalu tingkat ketahanan terhadap bencana di masyarakat muncul, bahkan bisa memberikan “rezeki” kepada pelakunya.
Dicontohkan, bencana akibat jalanan macet menghasilkan jenis pekerjaan baru ojek online. Lalu ada kehadiran pandemi Covid 19 yang justru membuat berkembangnya metoda belajar dari rumah, bekerja dari rumah, serta belanja secara daring. Dan masih banyak lagi.
Dia mengingatkan setiap program pembangunan harus memasukan faktor risiko, bagaimana memitigasinya, bila terjadi bencana bagaimana operasi tanggap daruratnya dan antisipasi membangun kembali kondisi yang rusak akibat bencana dengan membangun lebih baik lagi. “Build back better & resilient development”.
Dalam diskusi tersebut juga dibahas tentang peran penting teknologi dan inovasi di sektor kebencanaan. Antara lain penerapan teknologi geospasial, sistem komunikasi darurat, Internet of Things, Big Data & Analysis serta Kecerdasan Artifisial (Artificial Intelligence-AI).
Pada pertemuan tersebut, Dewan Pengarah CTIS, Prof. Indroyono Soesilo memperagakan simulasi Chat Box AI dengan menetapkan lokasi Lintang-Bujur sebuah pusat gempa bumi dengan kekuatan 6,5 Skala Richter di wilayah Jawa Tengah.
Hanya dalam hitungan detik dapat dianalisis seberapa luas dampak bencananya, dan langkah-langkah darurat apa yang perlu diambil secara cepat oleh pihak otoritas maupun masyarakat.
Bila metoda Chatbox AI bisa menyebar ke seluruh Nusantara menggunakan sistem komunikasi darurat secara cepat maka dampak bencana dapat ditekan hingga sekecil mungkin.
Ketua Komite Kebencanaan CTIS, Dr. Idwan Soehardi, menanggapi pentingnya Teknologi AI ini didukung sistem komunikasi cepat. Oleh sebab itu CTIS segera mengundang Direktur Satelit Pasifik Nusantara, Dr. Adi Adiwoso guna membahas implementasi Satelit Jasa Internet SATRIA-1, yang sukses diluncurkan pada 18 Juni 2023 lalu, untuk penanggulangan bencana. ***
https://forestinsights.id/ctis-teknologi-dan-inovasi-bisa-tekan-dampak-bencana/.
Center for Technology & Innovation Studies (CTIS) menilai Indonesia memiliki banyak potensi untuk mendukung kebijakan Transisi Energi dari energi fosil menuju energi hijau.
Demikian terungkap saat pertemuan CTIS, di Jakarta, Rabu 7 Juni 2023.
“Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya energi untuk bergerak ke kebijakan transisi dari energi fosil menjadi energi yang lebih hijau guna mencapai target NZE 2060, namun perlu terus didukung dengan perencanaan yang rinci dan berlanjut,” demikian ditegaskan Ketua Komisi Energi, Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Dr. Unggul Priyanto, yang juga Perekayasa Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Mengacu pada Perjanjian Paris 2015, Indonesia ditargetkan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal. NZE berarti jumlah karbon yang diemisikan dan yang diserap adalah nol.
Di sini peluang dan tantangan harus dihadapi sektor energi, karena bila tidak maka dampak perubahan iklim di Nusantara akan tak terkendali.
Fenomena perubahan iklim kini sudah terjadi seperti peningkatan suhu di permukaan, kenaikan muka laut yang mengakibatkan 1.800 kilometer garis pantai masuk kategori rentan, ditambah lagi gelombang laut ekstrim yang meningkat hingga diatas 1,5 meter, dan turunnya produksi padi di beberapa wilayah.
Dalam Pertemuan CTIS tersebut dipaparkan potensi energi hijau yang dimiliki Indonesia untuk menggantikan energi fosil, seperti energi surya, energi air, bio energi, angin, panas bumi dan gelombang laut.
Total potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) ini mencapai 3.686 GigaWatt, namun saat ini baru dimanfaatkan sekitar 12 GigaWatt saja.
Penggunaan energi fosil masih tetap tinggi, seperti batubara untuk pembangkit listrik mencapai 73%, belum lagi penggunaan BBM untuk sektor transportasi yang volume impornya terus meningkat dari waktu ke waktu. Indonesia dinilai sebagai penghasil emisi karbon nomor lima terbanyak di Dunia sesudah AS, Tiongkok, India dan Brazil.
Unggul Priyanto menyodorkan berbagai pilihan dalam transisi energi di Indonesia ini, seperti peningkatan efisiensi pembangkit dengan penerapan boiler super-critical dan ultra super-critical .
Juga, pembangunan pembangkit listrik di mulut tambang batubara, seperti yang sudah digagas oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sejak 30 tahun yang lalu.
Di bidang transportasi, komponen bahan bakar minyak (BBM) masih sangat besar dengan pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor sekitar 5% pertahun.
Ini jelas menguras devisa karena Indonesia harus mengimpor BBM sekitar 700 ribu hingga 800 ribu barel minyak bumi per hari. BBM harus dialihkan ke Bahan Bakar Gas (BBG) dan ke Bahan Bakar Nabati (BBN).
Unggul merekomendasikan perlunya dirintis pembangunan kilang minyak nabati sehingga Indonesia semakin mandiri dalam pemanfaatan biofuel.
Di sisi lain, penggunaan kendaraan listrik perlu terus didorong.
Ahli Energi Terbarukan CTIS, Dr. Arya Rezavidi menyodorkan pilihan penggunaan transportasi massal bertenaga listrik, termasuk penggunaan diesel elektrik seefisien mungkin di jalur-jalur kereta api.
Energi listrik untuk memasak juga perlu lebih dipacu untuk mengurangi penggunaan gas LPG yang bersumber dari impor dan terus meningkat. Impor LPG tahun 2016 mencapai 4,48 juta ton dengan nilai Rp20,5 triliun.
Upaya penggunaan energi listrik untuk berbagai sektor kehidupan perlu terus didorong mengingat saat ini PLN kelebihan pasokan listrik.
“Tapi itu sementara, tahun 2028 nanti kita sudah tidak ada kelebihan pasokan dan sudah harus merencanakan pembangunan pembangkit listrik lagi untuk 10 tahun kedepan,” demikian tanggapan M. Fathor Rahman, pakar Markal di CTIS.
Di sini, perencanaan perlu dibuat secara rinci dan dengan tetap berpegang pada perencanaan yang sudah disepakati. Kebijakan energi harus bersifat jangka menengah dan panjang karena investasi yang dibenamkan pada sektor ini cukup besar.
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menjangkau hingga tahun 2050 harus diimplementasikan dan dievaluasi secara periodik.
Teknologi Market Allocation (MARKAL) untuk perencanaan energi dan bauran energi yang telah diterapkan oleh BPPT sejak 35 tahun lalu dan sekarang terus dipakai, perlu selalu diperbaharui untuk kajian dan evaluasi secara periodik.
Ke depan, Unggul Priyanto menyatakan perlunya terus dikaji tentang penerapan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia mengingat pembangkit energi nuklir mampu menghasilkan pasokan listrik dalam jumlah besar, kontinyu dan ramah lingkungan.
Sebanyak 10% pasokan listrik dunia saat ini menggunakan energi nuklir. ***
https://forestinsights.id/2023/06/08/transisi-energi-menuju-energi-hijau-indonesia-punya-banyak-potensi/
Indonesia memiliki banyak potensi untuk mendukung kebijakan Transisi Energi untuk beralih dari energi fosil menuju energi hijau.
Demikian terungkap saat pertemuan Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), di Jakarta, Rabu 7 Juni 2023.
“Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya energi untuk bergerak ke kebijakan transisi dari energi fosil menjadi energi yang lebih hijau guna mencapai target NZE 2060, namun perlu terus didukung dengan perencanaan yang rinci dan berlanjut,” demikian ditegaskan Ketua Komisi Energi, Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Dr. Unggul Priyanto, yang juga Perekayasa Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Mengacu pada Perjanjian Paris 2015, Indonesia ditargetkan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal. NZE berarti jumlah karbon yang diemisikan dan yang diserap adalah nol.
Di sini peluang dan tantangan harus dihadapi sektor energi, karena bila tidak maka dampak perubahan iklim di Nusantara akan tak terkendali.
Fenomena perubahan iklim kini sudah terjadi seperti peningkatan suhu di permukaan, kenaikan muka laut yang mengakibatkan 1.800 kilometer garis pantai masuk kategori rentan, ditambah lagi gelombang laut ekstrim yang meningkat hingga diatas 1,5 meter, dan turunnya produksi padi di beberapa wilayah.
Dalam Pertemuan CTIS tersebut dipaparkan potensi energi hijau yang dimiliki Indonesia untuk menggantikan energi fosil, seperti energi surya, energi air, bio energi, angin, panas bumi dan gelombang laut.
Total potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) ini mencapai 3.686 GigaWatt, namun saat ini baru dimanfaatkan sekitar 12 GigaWatt saja.
“Tapi itu sementara, tahun 2028 nanti kita sudah tidak ada kelebihan pasokan dan sudah harus merencanakan pembangunan pembangkit listrik lagi untuk 10 tahun kedepan,” demikian tanggapan M. Fathor Rahman, pakar Markal di CTIS.
Di sini, perencanaan perlu dibuat secara rinci dan dengan tetap berpegang pada perencanaan yang sudah disepakati. Kebijakan energi harus bersifat jangka menengah dan panjang karena investasi yang dibenamkan pada sektor ini cukup besar.
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menjangkau hingga tahun 2050 harus diimplementasikan dan dievaluasi secara periodik.
Teknologi Market Allocation (MARKAL) untuk perencanaan energi dan bauran energi yang telah diterapkan oleh BPPT sejak 35 tahun lalu dan sekarang terus dipakai, perlu selalu diperbaharui untuk kajian dan evaluasi secara periodik.
Ke depan, Unggul Priyanto menyatakan perlunya terus dikaji tentang penerapan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia mengingat pembangkit energi nuklir mampu menghasilkan pasokan listrik dalam jumlah besar, kontinyu dan ramah lingkungan.
Sebanyak 10% pasokan listrik dunia saat ini menggunakan energi nuklir. ***
https://seputarcibubur.pikiran-rakyat.com/teknologi/pr-1786755689/potensi-transisi-energi-hijau-ctis-perlu-didukung-perencanaan-rinci-berkelanjutan
The Brooking Institute di AS menyatakan: “Who leads Artificial Intelligence (AI) by 2030, will lead the world by 2100”, artinya: “Siapa yang memimpin bidang AI atau Kecerdasaan Artifisial (KA) pada tahun 2030, akan memimpin dunia pada tahun 2100”.
Saat Raker Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), 8 Maret 2021, Presiden Jokowi juga mengingatkan bahwa persaingan dalam menguasai AI sudah sama dengan space war di era perang dingin. “Siapa yang menguasai AI, dia yang akan berpotensi menguasai dunia, menghadapi perang AI saat ini, kita memerlukan Indonesia yang bisa memproduksi teknologinya sendiri”.
Persaingan ketat penguasaan Teknologi Artifical Intelligence (AI) ini nampaknya bakalan dimenangkan Tiongkok karena ekonomi terbesar Nomor Dua Dunia ini berada di posisi Nomor Satu dalam jumlah paten AI, besaran investasi AI, jumlah rujukan publikasi hasil riset AI, serta posisi nomor dua pada jumlah talenta AI dan juga jumlah perusahaan AI.
Ketua Komite AI, Center for Technology & Inovation Studies (CTIS), Prof. Hammam Riza, yang juga Guru Besar di Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, menyatakan bahwa sebenarnya Indonesia juga sudah bergerak untuk menguasai Teknologi AI.
Namun saat ini Indonesia belum memiliki regulasi tentang AI yang didukung strategi Nasional dengan kode etik yang jelas, karena bila tidak, maka teknologi AI ini selain bisa muncul menjadi solusi positif, seperti untuk pengendalian perubahan iklim namun bisa pula menjadi ekstrim negatif, seperti munculnya “robot penghancur”.
Dalam Pertemuan CTIS, Rabu, 31 Mei 2023, Hammam, yang sudah menggeluti teknologi “Machine Learning” sejak tahun 1987 di BPPT, menjelaskan bahwa teknologi AI di Indonesia sudah mulai berkembang, dilaksanakan oleh Quad- Helix, yaitu pihak akademisi, bisnis, komunitas dan pemerintah.
Tercatat, saat ini ada 11 Lembaga Litbang Pemerintah, 11 Universitas, 6 Komunitas dan 9 Industri yang sudah terjun dalam pengembangan Artificial Intelligence di tanah air. Hammam juga menjelaskan tentang teknologi AI Chatbot yang bergerak sangat cepat diakhir triwulan IV, Tahun 2022 lalu, dengan munculnya Chat GPT4, LlaMA, LaMDA, dan Megatron Turing.
AI Chatbot merupakan pengembangan dari teknologi Machine Learning, ke Teknologi Deep Learning dan sekarang sudah pada posisi Generative AI. Generative AI merupakan percakapan yang menghasilkan respons mirip manusia, yang menerima masukan dalam bentuk teks dari manusia dan meresponse balik dalam bentuk teks, suara, gambar dan video.
‘Otak’ Generative AI didukung oleh model bahasa besar yang telah dilatih pada set data teks yang luas dari internet terbuka kemudian ada umpan balik dari manusia. Hanya dalam tempo kurang dari 6 bulan terakhir, teknologi Generative AI, misalnya, sudah mampu menjawab berbagai Test, seperti Test GRE, Test Psikologi, Test LSAT, Test SAT Matematika, dan masih banyak lagi jenis test, dengan tingkat akurasi antara 80% hingga 100%.
Belum lagi dampak negatif lainnya, misalnya wawancara “live” dengan seorang tokoh yang telah meninggal dunia, ada tayangan pidato dari seorang tokoh dengan muka suara dan mimik yang sangat rinci, yang ternyata itu adalah hoax, dan masih banyak lagi.
Oleh sebab itu, 20.000 pegiat pengembangan AI meluncurkan petisi agar pengembangan Generative AI dapat dihentikan dahulu selama 6 bulan, agar pengembangan teknologi AI ini dilakukan dengan mempertimbangkan risiko yang ditimbulkan, dapat terkelola dengan baik dan memunculkan dampak yang positip.
Para ahli Artificial Intelligence Indonesia, yang bergabungdalam Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasasan Artifisial Indonesia (KORIKA) akan terus membantu pemerintah dan masyarakat untuk menerapkan Generative AI dalam kegiatan pengajaran (tutoring), pembelajaran secara individu dan menyiapkan materi pelajaran secara AI.
Secara bersama-sama, para pegiat AI yang bergabung dalam Quad-Helix, juga akan mendukung Pemerintah untuk mengadopsi dan memanfaatkan teknologi AI di berbagai bidang, mempersiapkan tenaga kerja berkemampuan AI lewat re-skilling, memperkenalkan keberagaman dan berbagi manfaat AI serta mendukung penyusunan kerangka etis dan regulasi AI di Indonesia.
Ketua CTIS, Wendy Aritenang juga menginformasikan bahwa dalam rangka menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Haktenas) 2023 maka pada 10-12 Agustus 2023, KORIKA bersama CTIS akan menggelar Artificial Intelligence Innovation Summit 2023 (AIIS 2023) guna lebih memperkenalkan aplikasi Generative AI, utamanya pada lima sektor pembangunan, yaitu Kesehatan, Riset dan Pendidikan, Reformasi Birokrasi, Ketahanan Pangan dan Mobilitas dan Kota Pintar. ***
Jakarta, Radar-Barru.com — Tahun 2005, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 21 April setiap tahun sebagai Hari Kreativitas dan Inovasi Sedunia (World Creativity and Innovation Day – WCID). Melalui WCID diharapkan peran inovasi dan kreativitas dapat meningkatkan pembangunan umat manusia, Jumat (12/5/2023).
Saat ini, inovasi dan kreativitas menjadi semakin penting menuju tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 2030. WCID 2023 tahun ini mengambil tema: ”Step Out and Innovate”, mendorong agar semua keluar dari zona nyaman untuk berkreasi dan berinovasi.
Dalam rangkaian WCID 2023, Asosiasi Daya Riset dan Inovasi Nasional (DRIN) bekerjasama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), didukung Center for Technology and Innovation Studies (CTIS) akan menggelar Seminar Nasional Hari Kreativitas dan Inovasi Sedunia 2023.
Peringatan WCID 2023 akan diselenggarakan bersamaan dengan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2023, bertempat di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Menurut Ketua DRIN, Bambang Setiadi, selain mengundang Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Ketua AIPI serta Perwakilan PBB di Jakarta, Seminar WCID 2023 juga akan menampilan para inovator Bangsa Indonesia yang karya-karyanya telah mendunia.
Mereka adalah: Dr. Yogi Ahmad Erlangga yang inovasi rumusan matematikanya unggul dipakai di industri migas. Lalu ada Muhammad Nurhuda, seorang penemu kompor ramah lingkungan. Juga ada Professor Adi Utarini, pengembang teknologi Wolbachia untuk pemberantasan penyakit demam berdarah.
Ia penerima penghargaan Majalah NATURE 10 (2020) dan Majalah TIME 100 (2021). Professor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo yangberkarir di Jepang, sebagai penemu Teknologi Radar 3-Dimensi. Lalu ada Professor Mulyowidodo Kartidjo sebagai ahli robotika dan mekatronika untuk industri otomatisasi kendaraan tanpa awak.
Ada pula Fajar Sidik Abdullah Kelana, salah satu dari 20 Insinyur Muda Terbaik Sedunia yang memperoleh Penghargaan James Dyson Award dari Swedia. Sedang Professor Irwandi Yaswir adalah penerima King Faisal International Prize dari Saudi Arabia, dan pada tahun 2022 lalu hadir bersama para penerima Hadiah Nobel dalam Hegra Conference of Nobel Laurates and Friends 2022.
Dr.Bambang Setiadi menyampaikan bahwa kegiatan Peringatan WCID akan terus digelar setiap tahunnya, karena melalui kegiatan ini berbagai hasil invesi dan kreativitas karya anak bangsa bisa dikomersilkan untuk kemudian menjadi produk inovasi yang memiliki nilai ekonomi.
https://www.radar-barru.com/2023/05/kegiatan-world-creativity-and.html
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengingatkan bahwa 13 tahun ke depan Indonesia harus bekerja keras, memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki untuk melompat dari Status Negara Berkembang menuju Negara Maju dan lolos dari “Middle Income Trap”.
Bonus Demografi berarti jumlah penduduk usia produktif yang besar, sehat, dan terdidik untuk menggerakkan pembangunan semesta di Indonesia.
“Namun, untuk itu kita harus segera meningkatkan berbagai peringkat pembangunan di Indonesia dibanding dengan negara lain,” demikian disampaikan Dr. Yanuar Nugroho, Koordinator Tim Ahli Sekretariat SDGs-Bappenas, pada Seminar Nasional Hari Kreativitas dan Inovasi Dunia (World Creativity and Innovation Day), sekaligus memperingati Hari Kebangkitan Nasional di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Minggu, 20 Mei 2023
Dalam seminar yang digelar Asosiasi Daya Riset dan Inovasi Nasional (Asosiasi DRIN) bersama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Yanuar memperlihatkan berbagai peringkat Indonesia saat ini.
Diantaranya Gross Domestic Product (GDP) Indonesia Nomor 16 di dunia dari 193 Negara namun Human Capital Index (HCI) Indonesia masih berada di urutan 96 dari 193 Negara. Kemudian Human Development Index (HDI) di peringkat 114, Global Talent Competitiveness Index (GTCI) di urutan 82, Global Innovation Index (GII) di urutan 75 dan Global Competitiveness Index (GCI) di urutan 40 dari 193 Negara.
Pengalaman Negara-negara yang berhasil melompat dari negara berkembang menjadi negara maju seperti Singapura, Hongkong, Jepang dan Korea Selatan, mereka harus memacu pertumbuhan ekonominya pada rentang 6-8 persen/tahunnya, baru kemudian setelah menjadi negara maju maka laju pertumbuhan ekonominya turun berada di kisaran 3-4 persen/tahunnya.
Hal serupa juga harus dilaksanakan Indonesia pada rentang 13 tahun ke depan dengan penghela utamanya adalah ekosistem ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi yang mumpuni.
Pada kesempatan yang sama Direktur Paten, DTLST dan Rahasia Dagang, Kemenkumham, Yasmon MLS memaparkan jumlah permohonan patent yang didaftarkan pada kurun 1991-2023 ada 197.231 buah dan yang telah diberikan patennya adalah 93.017 paten.
Memang ini sangat kecil dibandingkan jumlah paten yang harus dihimpun untuk suatu negara yang ingin melompat dari negara berkembang menuju negara maju.
Oleh sebab itu, Direktorat Paten segera bergerak untuk memberikan dukungan regulasi, bimbingan teknis kepada para pemohon paten, serta berkunjung ke kampus kampus untuk menggairahkan para peneliti dan inovator agarsegera mempatenkan hasil temuan mereka.
Ketua Asosiasi DRIN yang juga Wakil Ketua CTIS, Dr. Bambang Setiadi menegaskan bahwa yang lebih penting lagi adalah kiranya hasil inovasi yang dipatenkan tadi harus diaplikasikan dan digunakan, karena paten juga memiliki jangka waktu terdaftar yang terbatas, yang apabila tidak digunakan maka paten akanmenjadi domain publik.
Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemendikbudristek, Professor Faiz Syuaib juga menyatakan bahwa pada 4 tahun terakhir publikasi hasil riset telah meningkat sangat tajam menjadi puluhan ribu karya tulis ilmiah.
Namun demikian, karya tulis ilmiah tadi sangat sedikit yang mengarah kepada paten ataupun menjadi prototipe guna bisa dihilirisasi menjadi produk industri. Oleh sebab itu, Faiz sepakat bahwa pada Agustus 2023 mendatang Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat, bekerjasama dengan Asosiasi DRIN dan CTIS akan menggelar Focus Group Discussion untuk mempertemukan para periset, inovator dan inventor guna menginvetarisasi beragam produk riset yang dapat segera dipatenkan dan bisa didorong ke industri melalui proses hilirisasi.
Seminar juga menampilkan para inovator Bangsa Indonesia yang karya-karyanya telah mendunia, seperti Dr. Yogi Ahmad Erlangga yang inovasi rumusan matematikanya dipakai di industri migas, Muhammad Nurhuda, penemu kompor ramah lingkungan yang sudah diekspor sampai Norwegia, Professor Adi Utarini, pengembang teknologi Wolbachia untuk pemberantasan penyakit demam berdarah, Professor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, penemu Teknologi Radar 3-Dimensi.
Ada juga Professor Mulyowidodo Kartidjo sebagai ahli robotika dan mekatronika, Fajar Sidik Abdullah Kelana, salah satu dari 20 Insinyur Muda Terbaik Sedunia, Professor Irwandi Yaswir penerima King Faisal International Prize dari Saudi Arabia, dan Dr.Sena Sopaheluwakan, ahli pemodelan iklim dan pemilik beberapa paten.
Pada kesempatan ini, Bambang Setiadi juga menyerahkan Penghargaan Asosiasi DRIN Award 2023 kepada mendiang Dr. Boenjamin Setiawan sebagai inventor, inovator dan pendiri Kalbe Farma yang sekarang telah menjadi salah satu industri farmasi terbesar di Indonesia.
Hadir banyak tokoh iptek Indonesia dalam Seminar ini, antara lain Ahli Remote Sensing & GIS, Dr. Indroyono Soesilo yang juga Mantan Menko Kemaritiman RI, pakar Klimatologi Dr. Andi Eka Sakya yang juga mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ahli Teknologi Modifikasi Cuaca Dr.Asep Karsidi yang juga mantan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Prof.Soedarto, Guru Besar dan Mantan Rektor Universitas Diponegoro, serta Dr. Ashwin Sasongko Ahli Telekomunikasi dan Mantan Dirjen di Kementerian Kominfo. ***
https://forestinsights.id/2023/05/20/ekosistem-iptek-dan-inovasi-jadi-penghela-menuju-indonesia-maju/
Topikinformasi.com –Riau — Bencana El Nino diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan hadir di Kepulauan Nusantara pada tahun 2023 ini dengan puncak El Nino diprakirakan berlangsung pada September – November 2023, dicirikan kemarau panjang, curah hujan rendah dan kemungkinan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Panjaitan menginstruksikan agar sektor kehutanan, pertanian, kelautan maupun kesehatan agar bersiap mengingat El Nino dapat memicu karhutla, gagal panen serta meningkatnya demam berdarah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera menggelar Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk meningkatkan curah hujan selagi awan masih tersedia, sekaligus membasahi lahan lahan gambut agar tidak mudah terbakar.
Melalui Surat Instruksi Kepala BNPB, No.B-213/KA BNPB/PD.01.04/2003, tanggal 12 April 2013 maka Tim BNPB bersamai Smart Cakrawala Aviation segera bergerak menuju Riau untuk menggelar Operasi TMC menggunakan Pesawat Cessna Caravan, didukung para ahli TMC Indonesia. Operasi TMC yang berlangsung pada 18 April 2023 hingga 8 Mei 2023 mencakup wilayah: Siak, Dumai, Rokan Hulu, Pulau Rupat dan Pulau Bantan, kesemuanya di wilayah Provinsi Riau.
Hasil Operasi TMC di wilayah Riau ini dipaparkan oleh Tim Pakar TMC Indonesia yang dipimpin Dr.Asep Karsidi dengan anggota Samsul Bahri, F. Heru Widodo dan Hilmi Rafiiq dihadapan para pakar senior teknologi dari Center for Technology and Innovation Studies (CTIS), Rabu (10 /05/ 2023).
Pada awal paparan, Dr.Asep Karsidi menyampaikan bahwa ketersediaan radar cuaca milik BMKG yang semakin lengkap di tanah air memungkinkan pantauan pembentukan awan dan pergerakan awan dapat dilakukan dalam hitungan menit-per-menit.
Dengan demikian, begitu awan mulai nampak terbentuk dengan arah dan kecepatan awan yang sudah terdeteksi, maka pesawat TMC, yang memuat serbuk NaCl, segera terbang menuju sasaran awan dan mulai melaksanakan penyemaian serbuk NaCl pada gumpalan awan tadi.
Usai operasi dan pesawat mendarat kembali maka para ahli terus memantau pergerakan awan dari instrumen radar cuaca. Tak beberapa lama kemudian, tampak pada monitor
radar cuaca gumpalan-gumpalan awan tadi mulai menghilang dan informasi dari lapangan, melalui telepon seluler, dilaporkan bahwa hujan mulai turun.
Ditengah suasana libur Lebaran, Tim TMC BNPB dan Smart Cakrawala Aviation terus bekerja hingga 8 Mei 2023 lalu.
Guna mendapatkan masukan dari para pakar CTIS.
Dr.Asep Karsidi memaparkan berbagai hasil Operasi TMC di Riau ini, seperti meningkatnya curah hujan di Provinsi Riau bagian selatan sesuai data Automatic Weather Station (AWS) yang dipasang diberbagai lokasi. Juga, tinggi muka air di lahan gambut menunjukan fluktuasi kenaikan, terutama di Kabupaten Siak dan Rokan Hulu serta Pulau Rupat, mencapai nilai -0.3 hingga -0.2 meter.
Peraturan menetapkan bahwa tinggi muka air di lahan gambut yang aman adalah pada -0.4 m. Dengan demikian, lahan gambut dinilai basah dan aman dari karhutla. Operasi TMC berhasil pula menurunkan jumlah hotspot dari 66 hot spot pada 23 April menjadi 0 pada 25 April 2023. 36 hotspots muncul lagi pada 26 April 2023, namun dengan TMC maka pada 28 April 2023 hotspot berhasil diturunkan menjadi 0. Pada 2 Mei 2023 terdapat 36 hotspot, namun turun menjadi 0 hotspot pada 8 Mei 2023.
Direktur CTIS, Wendy Aritenang mengapresiasi kerja teknologi para ahli TMC Indonesia ini. Mengingat El Nino akan hadir dan selagi awan masih ada, maka operasi TMC perlu terus digencarkan agar lahan menjadi basah dan karhutla bisa dicegah. Oleh sebab itu, hambatan hambatan yang bersifat administratif perlu disingkirkan karena operasi TMC berkaitan dengan kondisi alam dan cuaca yang sewaktu waktu bisa berubah.
Para ahli TMC Indonesia terus berupaya agar operasi TMC menjadi semakin effisien dan effektif, termasuk merintis kerjasama dengan Unit TMC di negara Uni Emirat Arab (UEA) yang sudah berhasil melaksanakan operasi TMC menggunakan kombinasi Flare dan serbuk NaCl dengan volume lebih sedikit.
Dari Riau, Tim TMC Smart Cakrawala Aviation ditugaskan oleh BNPB ke Tabolaka, Nusa Tenggara Timur guna mendukung pelaksanaan KTT ASEAN agar kegiatan para pimpinan Negara-Negara ASEAN tidak terganggu oleh turunnya hujan, mengingat Operasi TMC bisa menurunkan hujan, atau sebaliknya bisa menghambat turunnya hujan.
Laporan: (Lina)
https://topikinformasi.com/2023/05/11/operasi-tmc-bnpb-di-riau-berhasil-tingkatkan-curah-hujan/
SEPUTAR CIBUBUR- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa kurun 13 tahun ke depan adalah kesempatan bagi Indonesia untuk melompat dari negara berkembang menjadi negara maju karena memiliki bonus demografi yang dicirikan besarnya jumlah penduduk usia produktif.
Menanggapi penegasan Presiden Jokowi, Wakil Ketua Center for Technology and Innovation Studies (CTIS), Dr. Bambang Setiadi menyatakan tentang perlunya komponen iptek dan inovasi yang masuk kedalam program pembangunan menuju Indonesia Negara Maju pada 13 tahun ke depan.
Seperti data yang dicontohkannya pada negara-negara yang berhasil melompat menjadi negara negara maju dengan pertumbuhan ekonomi yang melesat tajam, seperti Swedia, Tiongkok, dan Korea Selatan.
Di sana terdapat ciri dengan jumlah ilmuwan dan inovator yang besar per kapita, dukungan anggaran riset dan pengembangan yang besar pula, meningkatnya jumlah patent temuan, juga hilirisasi invensi menjadi produk-produk inovasi yang memiliki nilai ekonomi.
Para pakar senior iptek di CTIS sepakat kiranya kebijakan kebijakan Pemerintah seperti program insentif pemotongan pajak 300% untuk program program penelitian, pengembangan pengkajian dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, juga dukungan dana hilirisasi hasil riset yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), serta implementasi UU Cipta Kerja tentang kebijakan BUMN untuk mendukung program-program inovasi bisa diterapkan lewat program program mikro iptek yang berujung pada peningkatan nilai tambah dan pertumbuhan ekonomi secara makro.
Untuk itu maka dalam rangka Peringatan Hari Kreativitas dan Inovasi Sedunia (World Creativity and Innovation Day/WCID) tahun 2023, yang mengambil tema:”Step Out and Innovate”, Asosiasi Daya Riset dan Inovasi Nasional (Asosiasi DRIN) bekerjasama dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), didukung Center for Technology and Innovation Studies (CTIS) akan menggelar Seminar Nasional Hari Kreativitas dan Inovasi Sedunia 2023, bersamaan dengan Peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2023, bertempat di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
Menurut Bambang Setiadi, yang juga Ketua Asosiasi DRIN, selain mengundang Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Ketua AIPI serta Perwakilan PBB di Jakarta, Seminar WCID 2023 juga akan menampilan para inovator Bangsa Indonesia yang karya-karyanya telah mendunia.
Mereka adalah: Dr. Yogi Ahmad Erlangga yang inovasi rumusan matematikanya unggul dipakai di industri migas.
Lalu ada Muhammad Nurhuda, seorang penemu kompor ramah lingkungan. Juga ada Professor Adi Utarini, pengembang teknologi Wolbachia untuk pemberantasan penyakit demam berdarah. Ia penerima penghargaan Majalah NATURE 10 (2020) dan Majalah TIME 100 (2021).
Professor JosaphatTetuko Sri Sumantyo yang berkarir di Jepang, sebagai penemu Teknologi Radar 3-Dimensi. Lalu ada Professor Mulyowidodo Kartidjo sebagai ahli robotika dan mekatronika untuk industri otomatisasi kendaraan tanpa awak.
Ada pula Fajar Sidik Abdullah Kelana, salah satu dari 20 Insinyur Muda Terbaik Sedunia dan memperoleh Penghargaan James Dyson Award dari Swedia.
Sedang Professor Irwandi Yaswir adalah penerima King Faisal International Prize dari Saudi Arabia, dan pada tahun 2022 lalu hadir bersama para penerima Hadiah Nobel dalam Hegra Conference of Nobel Laurates and Friends 2022.
“Kegiatan Peringatan WCID akan terus digelar setiap tahunnya, karena melalui kegiatan ini berbagai hasil invesi dan kreativitas karya anak bangsa bisa dikomersilkan untuk kemudian menjadi produk inovasi yang memiliki nilai ekonomi,” kata Bambang dalam pernyataan yang diterima, Kamis, 18 Mei 2023.
https://seputarcibubur.pikiran-rakyat.com/humaniora/pr-1786674651/ada-bonus-demografi-iptek-dan-inovasi-dukung-indonesia-menuju-negara-maju