Kategori
Berita IPTEK Dalam Negeri

Teknologi Digital Twin 3-D Karya Anak Bangsa, Ukur Kubah Gambut hingga Rekonstruksi Sejarah

Teknologi Digital Twin 3-D yang mengunakan gabungan antara penerapan teknologi geospasial, teknologi pesawat tanpa awak, atau drone, dan pengolahan data secara digital bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Mulai dari mengukur kubah gambut di Sumatera Selatan hingga merekonstruksi sejarah.

Untuk merekonstruksi suatu wilayah ataupun bangunan bersejarah, seperti kota tua,  istana keraton sebuah kerajaan lama, bangunan candi maupun benteng lama bisa dilakukan secara presisi, dalam bentuk 3-Dimensi, mencapai ketelitian hingga ukuran centimeter.

Karya-karya para ahli Indonesia di bidang teknologi geospasial mutakhir tadi dipaparkan oleh Dr Asep Karsidi, Ketua dan Pendiri Komunitas Informasi Geospasial Indonesia (KIGI) bersama Tim pada dengan paparan berjudul paparan berjudul ”Digital Twin 3-D” pada pertemuan Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu, 31 Juli 2024.

Teknologi Digital Twin 3-D bisa digunakan untuk berbagai kepentingan
Dr Asep Karsidi (Depan No.3 dari kanan) Pada Paparan Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu, 31 Juli 2024.

Pada pertemuan yang dimoderatori Dr Idwan Soehardi, mantan Deputi Menteri Ristek dan Ketua Komite Teknologi Kebencanaan itu, menampilkan teknologi akuisisi data menggunakan sensor Light Detection & Ranging (LIDAR) yang dipasangkan pada Pesawat Tanpa Awak (Drone).

LIDAR lalu diterbangkan oleh Drone dan mulai mengirim sinyal gelombang tampak Merah – Hijau – Biru pada rentang panjang gelombang 0,4 – 0,7 mikrometer ke permukaan, untuk kemudian merekam pantulan balik gelombang tampak tadi.

Dari data permukaan Bumi yang terekam LIDAR kemudian diolah menjadi penampakan digital 3-Dimensi dengan ketelitian hingga bilangan centimeter.

Sensor LIDAR tadi juga merekam posisi ketinggian serta posisi lintang-bujur setiap titik yang dipantulkan.  Dengan demikian, penampakan geospasial 3-Dimensi yang dihasilkan memiliki tingkat presisi lintang – bujur – tinggi yang sangat kredibel, sehingga dapat diolah untuk beragam aplikasi.

“Digital Twin 3-D ini merupakan aplikasi pembuatan Peta yang lebih maju dibandingkan dengan cara pembuatan Peta 2-D yang konvensional itu”, demikian disampaikan Asep Karsidi, yang juga mantan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG).

Ditampilkan oleh Asep Karsidi pembuatan Digital Twin 3-D rekonstruksi Istana Keraton Sumedang Larang di Sumedang, Jawa Barat, dan dapat dihasilkan tampilan geospasial serta arsitektur Kraton saat dibangun sekitar 13 Abad lalu.

Drone terbang dan merekam kondisi kraton dari udara menggunakan LIDAR,  lalu juga terbang merekam ruangan-ruangan di dalam Kraton.  Setelah diolah menjadi Citra 3-Dimensi, produk LIDAR ini kemudian dipakai untuk merekonstruksi sejarah Kerajaan Sumedang Larang, yang merupakan Kerajaan Sunda tertua, yang  berdiri pada Abad ke 8 itu.

Tim KIGI yang, antara lain, datang dari Exsa International, Waindo Spectra, Bimtech, Garuda Vision  dan Geomatik Teknologi Reka Cipta ini juga telah menggelar kegiatan Digital Twin 3-D untuk merekonstruksi Kompleks Candi Muaro Jambi di Jambi, yang diprakirakan merupakan Pusat Kerajaan Sriwijaya pada Abad ke-7.

Tim juga merekonstruksi Istana Trowulan, yang merupakan Istana Kerajaan Majapahit di Jawa Timur pada Abad ke-14.  Tidak itu saja, Tim KIGI juga sudah berhasil merekonstruksi Benteng Kuno di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada tahun 2012 lalu.

Tidak hanya dipakai untuk rekonstruksi sejarah masa lalu, teknologi Digital Twin 3-D ini juga amat penting untuk kegiatan pembangunan masa kini, antara lain untuk membuat perencanaan terowongan bawah tanah, seperti kegiatan pembuatan jalur MRT di Jakarta, dan untuk pengukuran kubah-kubah lahan gambut di Sumatera Bagian Timur.

Teknologi Digital Twin 3-D yang mengunakan gabungan antara penerapan teknologi geospasial, teknologi pesawat tanpa awak, atau drone
Penampakan Kraton Kerajaan Sumedang Larang yang dibangun pada Abad Ke-8, hasil rekonstruksi teknologi Digital Twin 3-D

Tidak kalah penting, penerapan teknologi ini untuk merancang besaran pungutan pajak di suatu wilayah, misalnya merancang besaran pungutan pajak rumah-rumah di dalam sebuah kawasan Real Estate.   Perhitungan kasar Tim KIGI mencontohkan, dengan investasi 1 X pengukuran dan perhitungan menggunakan Digital Twin 3-D di suatu wilayah, dapat dihasilkan pajak 3 X lebih banyak.

Para peserta pertemuan CTIS sepakat kiranya kemampuan anak bangsa di bidang teknologi geospasial digital 3-Dimensi, yang merupakan bagian dari industri 4.0,  ini bisa diterapkan secara maksimal oleh Bangsa Indonesia sendiri, tidak harus mengundang pakar pakar dari luar negeri untuk kegiatan sejenis. ***

Sumber: https://forestinsights.id/teknologi-digital-twin-3-d-karya-anak-bangsa-ukur-kubah-gambut-hingga-rekonstruksi-sejarah/

Kategori
Berita IPTEK Dalam Negeri

Teknologi Digital Dongkrak Potensi Ekonomi Kreatif, CTIS Bahas Perlunya Dukungan Regulasi

Ekonomi kreatif memiliki potensi yang besar di tanah air. Pada tahun 2022 lalu, sektor ekonomi kreatif mampu menyumbang devisa ekspor hingga 26,9 miliar dolar AS dan membuka sekitar 24 juta lapangan kerja.

Dengan memasukkan teknologi digital kedalamnya maka diperkirakan potensi sebesar 130 miliar dolar AS dapat diraup dari sektor ekonomi kreatif pada tahun 2025. Potensi tersebut perlu diperkuat  dukungan regulasi yang lebih antisipatif terhadap perkembangan teknologi digital yang amat pesat.

Terutama dukungan regulasi yang berkaitan dengan paten, hak cipta, hak atas kekayaan intelektual dan regulasi anti pembajakan desain produk guna melindungi para inventor, designer, komposer dan kreator.

Itulah butir butir hasil diskusi Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), Rabu 18 Oktober 2023.

Diskusi yang dipandu Ketua Komite Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK) CTIS, Dr. Ashwin Sasongko, menampilkan Dr. M. Neil El Himam, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang pernah bertugas di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebagai pakar teknologi digital.

potensi ekonomi kreatif di indonesia cukup besar dan membuka banyak lapangan kerja
Teknologi digital menyumbang potensi ekonomi kreatif yang sangat besar. (Dok Freepik)

Neil Himam memaparkan angka-angka yang sangat menjanjikan.  Sesuai UU No.24 tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif, terdapat 17 Sub-Sektor Ekonomi Kreatif, dari kuliner, fashion, musik, film hingga game, arsitektur, kriya dan desain produk.  Data tahun 2021, PDB sub-sektor ekonomi kreatif Nasional mencapai 7,24% dengan sumbangan lima besar datang dari kuliner sebesar Rp478 triliun, fashion Rp210 triliun, kriya Rp174 triliun, televisi & radio Rp129 triliun dan penerbitan Rp73 triliun.

Adanya  370 juta telepon seluler yang dipakai di Indonesia, terdapat  210 juta pengguna internet ditanah air, serta memiliki 2 Decacorn dan 13 Unicorn maka Indonesia menjadi tujuan investasi ekonomi digital terpopuler di Asia, dengan proyeksi pertumbuhan mencapai 130 miliar pada tahun 2025.

Memang,  perkembangan teknologi digital melaju pesat dan mampu menerobos tata batas negara.  Sebagai contoh, perusahaan teknologi digital di Bandung mampu membuat Hybrid Integrated Circuit System (HICS) pesanan Badan Antariksa & Aeronautika AS – NASA.

Juga perkembangan berbagai budaya teknologi digital, seperti bahasa daerah digital , musik daerah digital dan video tentang budaya di masing masing daerah, lalu kesemuanya dimasukkan ke Youtube untuk dinikmati oleh para penggemarnya Neil mencontohkan tentang bahasa Jawa yang sudah ditransformasikan menjadi bentuk digital, lalu dimasukkan ke media Youtube, saat ini sudah di “hits” 80 juta orang.  Oleh sebab itu, peran regulasi menjadi sangat penting untuk melindungi beragam karya teknologi digital anak bangsa tadi.

teknologi digital telah menyumbang koneksi antara perguruan tinggi dengan industri
Peran penting Transfer Technology Office dalam mempertemukan kemampuan universitas dan tuntutan industri. (dok ITS)

Anggota CTIS, Dr. Idwan Soehardi, juga mengingatkan agar lembaga-lembaga litbang dan inovasi membentuk semacam Technology Transfer Office (TTO) di instansi masing-masing guna menghilirisasikan  hasil-hasil riset ke industri.

Unit semacam ini juga bisa berperan sebagai wahana untuk mempromosikan hasil hasil riset lembaga lembaga tadi ke industri. Menindaklanjuti diskusi,  maka dalam waktu dekat Kedeputian Ekonomi Digital dan Produk Kreatif  Kemenparekraf, bersama CTIS akan menggelar kegiatan Focus Discussion Group (FDG) tentang Digital Museum dalam rangka menginventarisasi dan melestarikan budaya dan artefak milik bangsa yang sudah berusia ribuan tahun guna mendukung  industri pariwisata. ***

Sumber : https://seputarcibubur.pikiran-rakyat.com/teknologi/pr-1787264754/teknologi-digital-dongkrak-potensi-ekonomi-kreatif-ctis-bahas-perlunya-dukungan-regulasi

Kategori
Berita IPTEK Dalam Negeri

Kecerdasan Artifisial Merambah Kehidupan Sehari-hari

Kecerdasan Artifisial atau Artifical Intelligence (AI) berkembang sangat pesat akhir akhir ini, dan telah mulai merambah pula pada kehidupan sehari hari masyarakat Indonesia.

Tidak terasa, AI telah diterapkan dalam kehidupan sehari hari, dari kegiatan transaksi perbankan, jual-beli secara daring hingga deteksi virus Covid-19, kegiatan pertanian pintar, kegiatan kelautan pintar, penanggulangan bencana dan masih banyak lagi.

Menurut Ketua Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial Indonesia (KORIKA), Profesor Hammam Riza, yang juga Ketua Komite AI Center for Technology & Innovation Studies (CTIS), perkembangan AI di Indonesia dilaksanakan oleh Quad-Helix, melibatkan pihak akademisi, bisnis, komunitas dan Pemerintah.

kecerdasan artifisial saat ini sudah masuk dalam kehidupan sehari-hari
Ketua Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial Indonesia (KORIKA), Profesor Hammam Riza, yang juga Ketua Komite AI Center for Technology & Innovation Studies (CTIS). (dok KORIKA)

Tercatat, saat ini ada 11 Lembaga Litbang Pemerintah, 11 Universitas, 6 Komunitas dan 9 Industri yang sudah terjun dalam pengembangan Artificial Intelligence (AI) di Indonesia.

Apalagi dengan munculnya teknologi AI Chatbot yang bergerak sangat cepat diakhir triwulan IV,Tahun 2022 lalu, seperti Chat GPT4, LiaMA, LaMDA dan Megatron Turing.

Dalam rangka menyambut Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, 10-12 Agustus 2023, yaitu memperingati terbang perdananya pesawat N-250 Gatotkoco karya putra-putri Indonesia, pada 10 Agustus 1995 lalu (Keppres No.71/Th.1995), maka KORIKA didukung CTIS akan menggelar Artifical IntelligenceInnovation Summit 2023 (AIIS 2023) bertempat di Jakarta International Expo.

AIIS 2023 yang mengambil tema “Democratizing Artificial Intelligence For All” akan membahas penerapan AI pada bidang kesehatan, reformasi birokrasi, pendidikan dan riset, ketahanan pangan, Smart Mobility & Smart City.

Topik-topik menarik dibidang kesehatan, misalnya yang berkaitan dengan diagnosa kesehatan, data farmasi, data X-ray, data CT-Scan dan beragam peralatan kesehatan yang sudahm memanfaatkan AI didalamnya.

Di bidang pertanian, sudah mulai diterapkan SMART Agriculture, dari metoda pembibitan, penanaman, pemupukan hingga pemanenan yang kesemuanya sudah menggunakan teknologi AI.

Hal ini juga tampak di bidang kelautan dan perikanan, dari penentuan lokasi kumpulan ikan di laut dari satelit, metoda penangkapan ikan hingga metoda budidaya perikanan yang kesemuanya telah mulai memanfaatkan AI.

Memang teknologi AI juga memiliki dampak negatif, terbukti dengan adanya petisi yang ditanda-tangani 20.000 pegiat pengembangan AI, yang menyatakan agar pengembangan Generative AI dapat dihentikan dahulu selama 6 bulan.

Hal ini agar pengembangan teknologi AI dilaksanakan dengan mempertimbangkan resiko yang ditimbulkan, sehingga AI dapat terkelola dengan baik serta memunculkan dampak yang positif.

“Inilah yang akan kita bahas pula pada AIIS 2023 nanti, karena bagaimanapun dampak teknologi AI lebih banyak positifnya daripada aspek negative-nya”, demikan ditegaskan Professor Bambang Riyanto Trilaksono, anggota Dewan Pengarah AIIS 2023, yang juga Guru Besar ITB-Bandung.

dok KORIKA

Memang, akhir akhir ini muncul teknologi deep learning yang memungkinkan dibuatnya algoritma AI dengan kemampuan membuat analisis, laju (trend) dan kesimpulan untuk pengambilan kebijakan dari mega-data yang dihimpun, baik data angka, data verbal, data gambar, data spatial, data suara dan data video.

Aplikasi ini menarik, misalnya, untuk membuat beragam analisis terhadap data digital yang terhimpun, juga hasil survey dan polling, menuju Pemilu 2024.

Algoritma AI untuk Deep Learning ini dapat “dilatih” secara terus-menerus dengan masukan beragam data dan informasi yang semakin banyak dan semakin rinci, sehingga kebijakan yang diambil dapat mendekati tingkat ketepatan di atas 90%.

Tentu aspek negatif, algoritma AI Deep Learning ini adalah bisa dibuatnya kebijakan atau video serta gambar yang deep fake. Hal hal seperti inilah yang nanti akan dibahas bersama sama saat AIIS 2023.

Ketua CTIS, Wendy Aritenang, menyambut baik kerjasama KORIKA dan CTIS dalam kegiatan AIIS 2023, karena ini akan membuka pengetahuan masyarakat tentang teknologi AI menjadi lebih luas.

Apalagi, pada AIIS 2023 digelar pula Kompetisi Dunia Kreatif Dengan Generative AI, yang akan memunculkan talenta talenta muda Indonesia yang terjun membangun Negeri melalui Teknologi AI.